Zainal Tayeb, Sang Pencinta Ekosistem Habitat Flora dan Fauna yang Mendukung Pelestarian

Minggu, 13 Juni 2021 – 08:46 WIB
Pria asal Bali, Zainal Tayib suskes menciptakan ekosistem habitat flora dan fauna langka. Simak selengkapnya. Foto: Kementan

jpnn.com, BALI - Bermula dari kegemaran memelihara satwa langka dan menanam aneka buah-buahan, pria asal Bali, Zainal Tayib suskes menciptakan ekosistem habitat flora dan fauna yang terbilang langka.

Sekitar 50 tahun silam, Zainal memulai hobinya itu di lahan pribadinya yang terletak di pinggiran kota Denpasar.

BACA JUGA: Pengelolaan Arsip Kementan Raih Penghargaan Kategori AA Dari ANRI

Dengan suasana perkebunan mirip hutan, selain memelihara berbagai jenis satwa (fauna) baik asal asli Pemerintah Indonesia dengan ijin KSDA dan asal luar negeri, Zainal juga menanam berbagai jenis flora yang di tata sedemikian rupa menciptakan atmosfir kehidupan flora dan fauna yang sangat indah, asri, dan unik.

Upaya pelestarian satwa langka dan koleksi tanaman buah tersebut, didanai melalui kantong pribadinya. Zainal yang juga berprofesi sebagai pengusaha bisa menjadi contoh pelopor kesehatan hewan dalam pelestarian satwa langka dan koleksi tanaman buah yang positif bagi masyarakat luas.

BACA JUGA: Laporan Keuangan Kementan 2020 Raih Opini WTP Dari BPK, Begini Respons Mentan SYL

Pemeliharaan berbagai jenis satwa (fauna) merupakan kegiatan utama yang dilakukan di lokasi tersebut terutama pemeliharaan burung, baik yang berasal dari luar Indonesia atau asli/endemik Indonesia. Diantara burung endemik tersebut adalah burung Jalak/Curik Bali (Leucopsar rothschildi), yang menjadi lambang dari Provinsi Bali.

“Perkembangan burung Jalak Bali ini cukup pesat dari 1 tahun saya sudah berhasil mengembang biakan menjadi sekitar 60- 70 ekor, di sini, “ ujar Zainal ketika ditemui di kediamanya di Bali, beberapa waktu yang lalu.

Pria yang memiliki darah Bugis menyebutkan jenis Jalak lain asal Bali, juga dipelihara yaitu Jalak Nusa Penida namun tidak seindah Jalak Bali tersebut.

Sejumlah burung asal luar Indonesia juga dipelihara seperti merak China, merak emas, Merak hijau  dll yang jumlahnya puluhan ekor. Selain bangsa burung, juga dipelihara jenis ayam jantan sekitar 400 ekor dan jenis unggas lainnya.
 
Disamping pemeliharaan satwa seperti tersebut diatas, Zainal juga mengembangkan budidaya berbagai jenis tanaman. Terdapat berbagai jenis tanaman buah-buahan serta tanaman umbi-umbian.

“ Saya juga menanam beberapa tanaman buah seperti manggis, jambu boll, jeruk, papaya, semangka, rambutan, mangga, pisang, sawo dan lain-lain, “ sebut Zainal.

Sedangkan umbi utama yang di tanam, kata dia, ada dari berbagai jenis seperti ketela pohon, talas, dan ketela rambat.

"Sebagian besar tanaman tersebut sudah dan sedang berbuah/berumbi,“ imbuhnya.

Berdasarkan hasil pantauan tim Kementerian Pertanian, praktik implementasi sistem pemeliharaan satwa di lokasi tersebut, memenuhi aspek Good Breeding Practice (GBP) dan Good Farming Practice (GFP) dan sesuai kaidah prinsif-prinsif kesejahteraan hewan Animal Welfare (AW) yang sangat memadai.

Demikian juga pemeliharaan tanaman memenuhi strata managemen pertanian secara umum dengan tujuan koleksi dan produksi.

“Saya sangat mensupport apa yang Kementerian Pertanian ajarkan kepada kami untuk mengembangkan pelestariaan satwa langka disini, “ ujarnya. (jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler