Zulfirman Sosok Supel, Irfan Yunianto Sembunyi di Belakang Masjid

Minggu, 17 Maret 2019 – 00:32 WIB
Irfan Yunianto. Foto: AHMAD AHID MUDAYANA FOR JAWA POS

jpnn.com - Zulfirman Syah merupakan salah satu korban serangan teroris yang secara brutal menembak para jemaah Masjid Linwood, Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3).

MEITIKA C.-LATIFA N., Bantul
AGAS P.H., Jakarta

BACA JUGA: 49 Muslim Dibantai Pembenci Imigran, Mendagri Italia Malah Serang Islam

Percakapan terakhir dengan Zulfirman Syah itu masih terus diingat Erizal A.S. Sebab, sahabatnya tersebut sekaligus berpamitan hendak ke Selandia Baru untuk mendampingi sang istri yang mendapat pekerjaan di sana.

”Dia bilang istrinya (Alta Marie, Red) mendapat rekomendasi bekerja di Selandia Baru. Jadi, Zul ikut berangkat mendampingi istri dan anaknya,” tutur Erizal kepada Jawa Pos Radar Jogja tentang sahabatnya di Komunitas Seni Sakato, Jogjakarta, itu.

BACA JUGA: Kutuk Keras Aksi Teroris di Selandia Baru, KNPI: Itu Biadab dan Keji

Erizal ketua Sakato, sedangkan Zul yang seorang pelukis itu menjadi anggota komunitas tersebut. Keduanya sama-sama angkatan 1997 di Institut Seni Jogjakarta.

Sejak keberangkatan pria kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat, tersebut ke Negeri Kiwi dua bulan lalu, tak ada komunikasi apa pun dengan Erizal yang tinggal di Jogjakarta.

BACA JUGA: Hukum Berat Pelaku Penembakan di Masjid Selandia Baru

Sampai kemudian, kabar mengejutkan itu terdengar Jumat (15/3) dari Christchurch, kota di Selandia Baru tempat Zul dan keluarga tinggal.

Ada serangan ke dua masjid di sana saat salat Jumat. Masjid Al Noor dan Masjid Linwood. Di masjid yang terakhir itulah Zul dan sang anak turut menjadi korban.

Berdasar rilis resmi KBRI Wellington Jumat malam, pukul 23.30 waktu setempat, Zul masih kritis dan dirawat di ruang gawat darurat Christchurch Public Hospital.

”Sedangkan anak Pak Zul berada di ruang rawat biasa. Dalam kondisi stabil,” terang Koordinator Fungsi Penerangan Sosial, Budaya, dan Pendidikan Kedubes RI Wellington Adek Triana Yudhaswari saat dihubungi Jawa Pos.

Dalam statusnya di Facebook, Alta Marie menuliskan bahwa sang suami telah dioperasi. Namun, perempuan asal Amerika Serikat itu mengaku belum bisa menemuinya. Sedangkan sang anak telah didampinginya.

”Saya dapat kabar dari istrinya,” ujar Hendra Yaspita, kakak korban, kepada Padang Ekspres (Jawa Pos Group).

Menurut Hendra, si adik tertembak di sejumlah bagian tubuh. Sedangkan sang anak di bagian kaki. ”Orang tua belum kami beri tahu. Harus hati-hati pula nanti mengabarkannya,” kata Hendra.

Erizal menyebut Zul sebagai sosok baik hati dan supel. ”Saya berdoa semoga dia segera pulih,” tutur Erizal yang juga pelukis itu.

Zul terakhir berpameran bersama Komunitas Sakato di Nadi Gallery, Jakarta, pada September 2018. Lukisan ayah satu anak itu bergaya abstrak.

Pria yang sebelum pindah ke Christchurch tinggal di Godean, Sleman, Jogjakarta, tersebut aktif memamerkan karya-karyanya sejak 1997.

BACA JUGA: Muslim di Selandia Baru Dibantai, Senator Australia Salahkan Migrasi Umat Islam

Berdasar rilis KBRI Wellington, ada enam warga negara Indonesia yang salat Jumat di Masjid Al Noor saat serangan terjadi. Lima orang telah melapor ke KBRI dalam kondisi sehat, sedangkan satu lainnya, Muhammad Abdul Hamid, belum diketahui keberadaannya. Adapun di Masjid Linwood, hanya Zul dan sang anak WNI yang jadi korban.

Faizal Ahzari, rekan Zul lainnya di Sakato, mengungkapkan bahwa perwakilan komunitas sudah berusaha mengontak Alta. Tapi, hingga tadi malam belum tersambung.

”Di sana mungkin situasinya sedang crowded,” kata Faizal kepada Jawa Pos Radar Jogja.

Zul adalah senior Faizal di ISI Jogjakarta. Di matanya, Zul adalah sosok dengan kepedulian sosial yang tinggi. ”Termasuk kepada semua juniornya,” katanya.

Ali Usman, senior Zul, membenarkan. ”Zul itu orangnya tidak neko-neko dan selalu siap membantu teman,” katanya kepada Jawa Pos.

Sementara itu, Irfan Yunianto, salah seorang dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jogjakarta, juga salat Jumat di Masjid Al Noor, Christchurch, saat penyerangan terjadi. Untung, dosen pendidikan biologi yang tengah menjalani pendidikan S-3 itu selamat.

Humas UAD Ariadi Nugraha mengatakan, Irfan selamat dari tembakan peluru si teroris dengan bersembunyi di sebuah rumah yang ada di belakang masjid.

BACA JUGA: Fahri Famzah: Islamofobia Bahaya Bagi Masa Depan Umat Manusia

”Informasi yang bisa kami sampaikan, yang berada di masjid tersebut adalah satu dosen dan satu anak dosen UAD,” jelasnya.

Selain Irfan, korban selamat lain adalah anak pasangan dosen UAD, Zuhrotus Salamah dan Hadi Sasongko, bernama Anis. Hingga Jumat malam UAD masih berkomunikasi dengan pihak terkait yang berada di Selandia Baru untuk mengumpulkan informasi.

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UAD Ahmad Ahid Mudayana menambahkan, saat ini Irfan masih shock karena peristiwa tersebut. ”Kebetulan saya kenal dekat dengan Pak Irfan, jadi langsung cari info ke keluarga beliau,” ungkapnya. (*/c10/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fahri Famzah: Islamofobia Bahaya Bagi Masa Depan Umat Manusia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler