12 Penilaian Debat Capres, Prabowo 4, Jokowi 8
jpnn.com - JAKARTA- Debat capres edisi ke tiga yang digelar Komisi Pemilihan Umum di Jakarta, Minggu (22/6) dipastikan akan berlangsung menarik.
Topik tentang pertahanan keamanan akan menjadi debat sengit antar capres. Walaupun Prabowo Subianto mantan panglima Kostrad, bukan berarti Joko Widodo yang berlatar belakang sipil menjadi underdog dalam debat tersebut.
Pengamat komunikasi politik dari Program Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi memprediksikan jalannya debat masih menghasilkan pertarungan antara gagasan dan tataran praksis.
"Kekuatan Prabowo hanya terletak pada kemampuan olah suara, intonansi serta gesture. Jika dilihat dari pemakaian kata-kata yang dipilih, Prabowo lebih menyukai kata akan, seandainya dan jika. Sebaliknya Jokowi lebih mengandalkan latar belakangnya yang praktisi, memakai bahasa yang mudah dicerna serta lebih menggunakan kata kita dan kami. Penggunaan data-data berdasar angka, Prabowo kerap blunder. Contohnya kebocoran keuangan negara mencapai 1000 triliun per tahun menurut saya adalah hal yang fatal diucapkan Prabowo,"ujar Ari Junaedi, kepada Indopos (Grup JPNN), Sabtu (21/6).
Menurut Ari Junaedi yang juga dosen S2 di Program Pascasarjana Universitas Diponegoro (Undip) ini, meminjam indikator penilaian juri debat capres-cawapres di Amerika Serikat tahun 2012, Prabowo hanya menguasai 4 aspek dari 12 item peniliaian seperti talkactivnes, directness, individualisme serta kuantitatif.
"Sebaliknya Jokowi lebih unggul dalam penguasaan 8 aspek lainnya seperti thinking, certanty, causation, insight, perceptual, achievenmet, sophistication, dan collectivism. Dari jalannya dua debat oleh KPU dan satu debat dengan KADIN kemarin, saya semakin yakin Jokowi memang sangat memenuhi syarat sebagai pilihan massa mengambang yang masih bingung dalam menentukan preferensi capres,"timpal dosen tamu di sejumlah perguruan tinggi di dalam dan luar negeri ini. (dil)