1500 Kepingan CD Jadi Pohon Natal
jpnn.com - TAWANG – Perayaan natal identik dengan pohon yang dibuat dari bahan cemara. Tapi di Gereja Katolik Hati Kudus Yesus di Jalan Sutisna Senjaya, Kota Tasik, Jawa Barat, pohon natal diibuat lebik unik dengan menggunakan bahan ribuan keping compact disk (CD) yang sudah tidak terpakai.
Ketua Pelaksana Harian Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Ho Ramli mengatakan ide pembuatan pohon natal dari kepingan CD tersebut berawal dari kecintaannya terhadap lingkungan, sehingga terpikir untuk membuat pohon natal dari barang bekas. “Kalau tahun lalu kita buat dari botol bekas,” ujarnya saat ditemui Radar Tasikmalaya (JPNN Group), Rabu (25/12).
Dia menjelaskan CD bekas tersebut berasal dari sumbangan umat katolik di Kota Tasikmalaya, dengan secara bertahap mengumpulkan kepingan CD yang sudah tidak terpakai. ”Rencana kita membuat pohon natal dari kepingan CD dapat respon seluruh umat katolik, dan mereka secara aktif mengumpulkan CD,” ujarnya.
Untuk bisa membuat pohon natal itu, membutuhkan sekitar 1500 keping CD dengan ketinggian mencapai 5 meter. ”Pembuatannya dilakukan sekitar satu minggu,” terangnya.
Dia menuturkan pembuatannya sendiri melibatkan sebanyak 7 orang, dimana masing-masing memiliki tugas tersendiri. “Tidak hanya keping CD saja, di antara pohin natal dari kepingan CD itupun diselipkan lampu yang menambah kesan cantik di malam hari,” tuturnya.
Sementara itu, ribuan umat kristiani di Kota Tasikmalaya merayakan hari natal secara khidmat dan aman. Seperti di Gereja Katolik Hati Kudus Yesus sekitar 600 orang hadir dalam perayaan ekaristi tersebut, yang dimulia pukul 08.00 yang dipimpin Romo Cristian Hartanto.
Dalam perayaan ekaristi itu digelar pula penyerahan calon komuni kepada sekitar 12 anak. ”Komuni itu sakramen ekaristi yang menjadi sumber pokok hidup kita (katolik, red). Itu biasanya diterimakan orang yang sudah sakramen atau baptis,” ujar Romo Christian Hartanto.
Namun, kata dia, untuk memperoleh komuni tersebut tidak sembarang orang. Tapi anak-anak tersebut dipersiapkan terlebih dahulu selama enam bulan. Baru setelah dirasa cukup dan mampu memahami serta menghayati bisa menerima ekaristi. ”Kehadirannya sendiri dalam tubuh dan darahnya berupa komuni (roti yang sudah dikonsekrasi atau dipercaya sebagai tubuh dan darah yesus, red),” terangnya.
Ia berharap kedepan di tahun baru nanti selalu ada damai serta bisa terciptanya persaudaraan juga kerukunan di masyarakat khususnya di Kota Tasikmalaya. (gna/jpnn)