#2019GantiPresiden vs #DiaSibukKerja Berpotensi Terulang
jpnn.com, JAKARTA - Kericuhan di arena car free day (CFD) di kawasan Bundaran HI, Minggu (29/4), yang melibatkan massa berkaus hitam bertuliskan #2019GantiPresiden vs #DiaSibukKerja, berpotensi terulang lagi.
Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada Sunyoto Usman menuturkan kericuhan di CFD itu sangat berpotensi berulang bila tidak segera diatasi. Lantaran, masih banyak masyarakat yang memilih berdasarkan ikatan-ikatan primordial atau politik identitas. ”Ada ikatan tertentu yang kemudian pokoknya orang itu. Pokonya Jokowi atau pokoknya bukan Jokowi,” ujar dia, seperti diberitakan Jawa Pos (Jawa Pos Group).
Sunyoto menyebut peran elit partai politik justru harus lebih kelihatan dalam mendinginkan suasana itu. Lantaran orang-orang yang masih memilih berdasarkan ikatan primordial itu rawan terjebak dalam konflik.
”Lalu para politisi berikan pendidikan politik bagi kader-kadernya. Biar lebih rasional tidak primordial. Basisnya program apa yang bisa sejahterahkan masyarakat,” ungkap dia.
Pengamat sosial Sigit Rochadi mengungkapkan yang menjadi persoalan utama adalah dua kelompk itu kan saling berhadap-hadapan di ruang terbuka. Maka sangat mudah terjadi gesekan fisik yang terjadi disitu adalah intimidasi sejumlah orang jauh jumlahnya lebih besar. Termasuk anak-anak kecil yang ikut orang tuanya.
”Nah, sebenarnya pola seperti ini harus dihindari. Bentuk dari diskriminasi. Tapi, saya juga tidak habis pikir. Elit politik menempuh cara ini,” ungkap dia.
Dia menyebutkan tempat-tempat terbuka atau ruang sosial seperti Car Free Day itu memang harus dihindari dari aktivitas politik. Perbedaan politik itu memang suatu yang sah. Tapi, cara-cara yang intimidatif dan provokatif tentu tidak dibenarkan.
”Baris teriak-teriak tak masalah. Masalahnya yang berbeda politik diintimidasi dimaki-maki, tidak elegan, tidak siap bersaing dengan konsep yang dimiliki,” ujar dia. (sam/jun/lum)