99 pCt v 1 pCt
Oleh: Dahlan IskanSejahtera lewat pembangunan ekonomi dan sosial. Harmoni akan dicapai lewat pembentukan jiwa manusia.
Mengapa menjadi nomor 1 bukan tujuan utama?
"Konsekuensi menjadi negara superpower nomor 1 itu sangat berat. Dan itu tidak ada hubungannya dengan kepentingan rakyat," ujar salah satu sumber saya di sana.
Bisa saja sumber itu bagian dari indoktrinasi, provokasi, promosi dalam sistem komunisme. Namun, sedapat mungkin saya mencoba membedakan mana informasi yang menyesatkan dan mana yang kenyataan.
Yang jelas upaya mencukupi sandang-pangan-papan benar-benar telah tercapai. Tujuan menghilangkan kemiskinan juga baru saja tercapai - -atau kalau mau lebih hati-hati, sudah di depan mata.
Persoalannya masih dua: munculnya perbedaan kaya miskin dan terjadinya perubahan moral masyarakat –yang kian mengejar materi.
Indonesia memang bisa lebih bangga: perbedaan kaya-miskinnya tidak semencolok Tiongkok –berdasarkan indeks Gini.
Akan tetapi mengejar pemerataan itu, di sana, bisa lebih mudah: kekayaan yang akan dibuat merata itu ada. Cukup. Banyak. Berlebih.
Maka di Tiongkok –masih di kalangan terbatas- kini beredar istilah seksi: 99 persen vs 1 persen.