Ada Sinyal Kuat Swasembada Jagung Terwujud pada 2017
Untuk diketahui pada data BPS, Januari–Mei 2017 tidak ada impor jagung untuk pakan ternak, pada periode tersebut total impor jagung 278 ribu ton turun 68,38 persen dari 2016 sebesar 881 ribu ton.
“Nilai ekonomi dari pengendalian impor pada Januari-Mei 2017 ini saja sudah berhasil menghemat devisa Rp 1,5 triliun,” ungkap Wieta.
Bila dilihat dari rasio kemampuan swasembada atau SSR (Self Sufficiency Ratio) total jagung (segar dan olahan) untuk bulan Januari-Mei 2017 meningkat menjadi 98% dibandingkan periode sama tahun 2016. Demikian juga untuk jagung wujud segar.
“Berdasarkan nilai SSR diketahui bahwa 98% total kebutuhan nasional untuk jagung pipilan kering sudah dapat dipenuhi oleh produksi jagung lokal.
“Nilai IDR dan SSR ini menunjukkan kinerja komoditas jagung yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kinerja produksi,” lanjut Wieta.
Selanjutnya nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) jagung wujud segar, sedikit meningkat dari -0,99 menjadi -0,97 di tahun 2017 pada periode bulan yang sama. Secara total, nilai ISP jagung nasional Januari-Mei 2017 sebesar -0,88 meningkat dari 2016 sebesar -0,96. Nilai ISP ini menunjukkan bahwa jagung Indonesia masih pada taraf pengenalan dalam perdagangan.
Beberapa negara eksportir yang dominan selama ini adalah Amerika Serikat, Argentina dan Brazil. Satu pertanda yang baik bagi Indonesia untuk perdagangan ke depan, karena kini telah dijajaki ekspor jagung ke Malaysia dengan permintaan 3 juta ton maupun ke Pilipina 1 juta ton, yang rencananya akan dipasok dari hasil pengembangan jagung di wilayah perbatasan.
Capaian produksi dan pengendalian impor tersebut, merupakan upaya sungguh-sungguh Pemerintah bersama semua pihak guna mewujudkan swasembada jagung.