Ahokers Salah jika Nilai Pilihan Jokowi Bentuk Pengkhianatan
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Idil Akbar menilai pendukung mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang akrab disapa Ahokers seharusnya tidak terpengaruh dengan keputusan Joko Widodo menggandeng Ma'ruf Amin sebagai cawapres yang mendampinginya.
Pasalnya, ahokers selama ini cenderung dipersepsikan sebagai pendukung Jokowi. Karena antara Ahok dan Jokowi memiliki kemiripan. Yaitu, sama-sama pekerja keras, peduli rakyat kecil dan memiliki kapasitas untuk memimpin Indonesia yang lebih baik.
“Saya kira kalau selama ini mereka merasa pilihannya ke Jokowi, maka seharusnya tak terpengaruh dengan siapapun yang dipilih sebagai cawapres pendamping Jokowi,” ujar Idil kepada JPNN, Senin (20/8).
Menurut pengajar di Universitas Padjajaran ini, justru menjadi blunder atau salah jika ahokers menganggap langkah Jokowi memilih Ma'ruf bentuk pengkhianatan. Karena walau bagaimanapun, Jokowi dan parpol pengusung mempertimbangkan banyak hal dalam memilih cawapres.
“Kalau mereka menganggap pengkhianatan, artinya selama ini mereka hanya menilai Ahok yang pantas dalam konteks politik apa pun. Ini tentu sangat keliru,” ucapnya.
Selain itu, kata Idil, ahokers juga perlu menyadari bahwa tak bisa pemikiran sebuah kelompok dipaksakan untuk urusan memimpin negara. Apalagi untuk memimpin Indonesia yang sangat beragam dan terdiri dari banyak suku, agama dan ras.
“Kalau mereka melihat Jokowi selama ini punya kapasitas, kecerdasan, maka harus tetap dukung. Jadi tak kemudian menilai keputusan Jokowi harus tetap sejalan dengan pemikiran mereka," katanya.
Sebagaimana diketahui, Ahok menjadi terpidana penistaan agama setelah sebelumnya ada fatwa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait pernyataan Gubernur ke-15 DKI Jakarta itu soal Surah Almaidah jelang Pilkada DKi 2017. Saat itu, Ma’ruf Amin yang juga ketua umum MUI menjadi saksi memberatkan bagi Ahok.(gir/jpnn)