AirNav: Awan Kumulonimbus Bukan Penyedot Pesawat
jpnn.com - CENGKARENG - Direktur Safety and Standard AirNav Indonesia, Wisnu Darjono tak menampik bahwa kondisi penerbangan cukup padat saat pesawat AirAsia QZ8501 tujuan Surabaya-Singapura mengudara pada Minggu, (28/12) pagi.
Kendati begitu Wisnu menegaskan bahwa hal tersebut tidak bisa dijadikan alasan bagi pilot AirAsia QZ8501 untuk meminta menaikkan ketinggian dari 34 ribu feet, menjadi 38 ribu.
"Penerbangan padat ya, tapi tidak jadi alasan. Separasi pesawat satu dan yang lain cukup. Cukup hindar ke kanan-kiri bisa. Normalnya cuaca ke kiri dan kanan hindarnya. Awan kumulonimbus tipis-tebal 20 ribu-10 ribu," ujar Wisnu di Cengkareng, Senin (29/12).
Wisnu lantas memaparkan kondisi 8 menit saat pesawat AirAsia hilang kontak dengan Air Traffic Control (ATC). "Pada jam 06.14 WIB dipanggil ke 34 ribu, tapi tidak dijawab, di radar masih ada, lalu minta tolong pesawat AirAsia yang lain," sebutnya.
Ia juga mengatakan bahwa awan kumulonimbus tidak menyedot pesawat, kalaupun kena hempasan angin, pesawat akan ke bawah. "Teorinya seperti itu. Tipikal udara seperti itu dan terbang di bawah (awan) kumulonimbus berbahaya. Yang tahu kumulonimbus BMKG," tukas Wisnu. (chi/jpnn)