Ajudan Gus Dur Selalu Bawa Sekoper Penuh Video Lawak
Karir Bambang sebagai wartawan sebenarnya bukanlah reporter. Awal masuk ke TVRI, dia menempuh pendidikan dasar sebagai kameramen. Mulai tahun 1977, Bambang menjalani profesinya di berbagai bidang pemerintahan, termasuk liputan harian di gedung DPR/MPR Beberapa tahun menjalani profesinya, dia merasa iri dengan para reporter.
“Badan saya kan kecil, sedangkan kamera recorder zaman dulu itu besar-besar. Saya iri lihat reporter yang cuma bawa block note dan pulpen serta tape recorder. Setelah itu, saya akhirnya pindah jadi reporter dan dapat kesempatan untuk sekolah jurnalistik di Korea Selatan,” tandas pria 64 tahun ini.
Pada tahun 1984, Bambang bersama 20 orang dari seluruh dunia, menjalani school of journalism di Seoul, ibukota Korsel. Sekolah ini adalah bikinan UNESCO untuk mengumpulkan serta mendidik 20 jurnalis dari seluruh dunia. Bambang menjadi salah satu wartawan Indonesia yang masuk di program tersebut.
Selama dua tahun, Bambang mendalami ilmu jurnalistik di Seoul di bawah instruktur jurnalistik dari UNESCO. Setelah selesai pendidikan, dia pulang ke Indonesia tahun 1984. Dia semakin moncer sebagai reporter televisi, dan akhirnya jadi jurnalis presiden pada tahun 1990. Bambang mengakui tidak mudah jadi wartawan presiden terutama di era Orde Baru.
“Saya harus menjalani semacam fit and proper test serta screening sebelum mengantongi kartu pers wartawan Istana Negara,” jelas bapak empat anak ini.
Sebagai wartawan istana era Suharto, kehidupan sehari-harinya di pusat pemerintahan Indonesia sangat ketat. Dia dituntut harus bersikap sopan dan memakai pakaian formal setiap hari.
Pasalnya, Istana Negara selalu didatangi oleh tamu dari luar negeri dan wartawan wajib menunjukkan identitas diri sebagai orang Indonesia yang sopan. Bahkan, urusan table manner saat makan bersama tamu diplomatis negara lain pun ikut diperhatikan secara langsung oleh Menteri Sekretaris Negara.
“Kita gak boleh pakai jeans, rambut gak boleh gondrong, celana jeans jelas dilarang dan sepatu harus selalu sepatu formal. Kita tidak pernah cekikikan dan harus bersikap sopan saat di dalam Istana Negara. Bahkan, cara makan malam bersama tamu diplomatik pun diajarkan,” sambung Bambang.