Aktivitas Jenderal (Pol) Sutarman setelah Lengser dari Jabatan Kapolri
Jadi Orang Merdeka, Bisa Fitness Lima Jam SehariSalah seorang yang kaget atas ”pensiun dini” Sutarman itu adalah Pawiro Miharjo, sang ayah kandung. Karena itu, begitu mendengar anaknya dicopot dari jabatannya, Pawiro yang tinggal di sebuah desa di Sukoharjo langsung bertolak ke Jakarta. ”Padahal,” ungkap Sutarman, ”Waktu itu saya sudah bersiap pulang kampung. Tapi, bapak malah ke sini duluan.”
Dan, ketika bapak dan anak itu bertemu, sang bapak langsung memeluk erat anaknya itu. Pria 80 tahun tersebut mendukung sepenuhnya sikap Sutarman yang menolak tawaran menjadi duta besar.
Setelah menolak tawaran presiden itu, sampai sekarang Sutarman belum memikirkan rencana ke depan. Dia masih ingin menikmati hari-hari ”merdeka”-nya dengan menghabiskan waktu bersama keluarga serta menjalankan hobinya yang selama ini sulit tersalurkan.
”Saya sekarang bisa momong cucu di rumah,” ujarnya. ”Juga bisa fitness sepuasnya. Bisa empat-lima jam sehari. Fitness-nya ya di sini,” lanjutnya sambil menunjuk ruang sebelah pendapa kayu yang menjadi ruang tamu rumahnya yang asri.
Soal fitness Sutarman mengaku sudah hobi sejak masih muda. Baik kardio maupun angkat beban. Namun, karena ada masalah dengan punggungnya, angkat beban kini dia lakukan dengan posisi telentang.
Sesekali Sutarman juga pergi ke luar kota untuk menjalankan hobi lainnya, yakni main golf. Hobi itulah yang membuat kulit Sutarman kini agak gosong dibanding saat masih menjadi Kapolri. ”Barusan saya dari Bali, main golf,” ungkapnya.
Apakah masih ngantor? Meski baru akan pensiun Oktober, Sutarman memutuskan untuk tidak mengantor ke Trunojoyo, sebutan Mabes Polri. Dia menilai suasana Mabes Polri akan canggung bila dirinya masih ngantor. Sebab, dia adalah polisi berpangkat tertinggi saat ini. Satu-satunya perwira tinggi dengan bintang empat yang masih aktif! ”Saya sedang menjalani MPP (masa persiapan pensiun, Red),” tuturnya.
Lulus Akpol pada 1981, Sutarman bisa disebut memiliki karir yang penuh warna. Saat berpangkat komisaris besar polisi, dia merasakan langsung gesekan politik yang terjadi ketika menjadi ADC (aide de camp/ajudan) Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Dia paham permainan politik yang terjadi sehingga membuat presiden yang diajudaninya terjungkal dari kekuasaannya. Konflik politik itu pula yang mengakhiri jabatannya sebagai Kapolri 14 tahun kemudian.