Angkat Kisah Cak Durasim di Panggung Ludruk
Jumat, 21 September 2018 – 23:24 WIB
jpnn.com, SURABAYA - "Nippon cahaya Asia? Prek a!" seru salah seorang pemuda saat nongkrong di pos ronda. Tetangga-tetangga Cak Durasim itu sangsi dengan propaganda Nippon yang datang ke daerah mereka. Cahaya Asia, pelindung Asia, saudara tua Asia? Semua itu ditolak mentah-mentah. Terlebih, kini Cak Durasim dicari-cari karena kidungnya yang dianggap mengancam. Itulah adegan di panggung Ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara kemarin (20/9).
Penampilan mereka kali ini dipersiapkan dengan tim yang lebih megah. Kidungan dalam adegan bedayan dan jumlah personel pemain musik akan ditambah. "Sudah berlatih dengan tim Taman Budaya Jawa Timur dan hasilnya seperti itu," jelasnya.
Cak Durasim masih berdiri tegak. Meski sudah pernah merasakan penjara, semangatnya tak hilang. Ludruk dan darah seninya terus berdesir. Di tengah-tengah penampilannya, tentara Nippon tiba-tiba menyerbu dan menghabisinya di panggung. Lakon Cak Durasim ditutup dengan teriakan dan rintihan serta darah yang mengotori panggung. "Ini akhir yang kami dengar dari keluarga dan orang-orang. Cak Durasim bukan meninggal di penjara, tapi di panggung," ucap Meimura. (dya/c7/end)