Argentina Menyongsong Fase Knockout Piala Dunia 2014
jpnn.com - FINIS sebagai juara grup F dengan nilai sempurna memang telah diraih Argentina. Tapi, para penggemar La Albiceleste - sebutan Argentina - patut waswas melihat penampilan Lionel Messi cs.
Koran-koran Argentina tidak terlalu gembira menyambut kemenangan Argentina atas Nigeria 3-2 kemarin dini hari WIB (26/6).
Judul headline mereka lebih banyak nyinyir pada timnas mereka sendiri. "Messidependiente mas que nunca," tulis 4Semanas, salah satu koran negeri di Tango itu. Maknanya kurang lebih, tim saat ini semakin bergantung kepada Lionel Messi.
Tudingan itu memang tidak salah. Ketergantung terhadap Messi atau yang populer dengan Messidependencia memang sangat terlihat dalam tiga laga Argentina selama fase grup.
Bukan hanya dari sisi gol karena Messi mencetak empat gol dari enam gol Argentina. Satu gol lainnya yang gol bunuh diri bek kiri Bosnia-Herzegovina Sead Kolasinac pun karena andil Messi.
Itu artinya 60 sampai 80 persen gol Argentina berasal dari Messi. Gol-gol Si Kutu - julukan striker 27 tahun itu - pun mewarani kemenangan Argentina sepanjang laga grup.
Sebut saja ketika pasukan Alejandro Sabella itu terancam ditahan seri Iran sebelum Messi mencetak gol lewat skill-nya di masa injury time.
Situasi yang sama juga terjadi saat melawan Nigeria. La Albiceleste tidak mungkin bisa menang jika Messi tak mencetak dua gol. Setelah ditarik keluar di menit ke-63 oleh Ricky Alvarez, Argentina tak bisa lagi mencetak gol. Tak pelak, beban kemenangan tim disandarkan pada bahu Messi sepenuhnya.
"Dia (Messi) memang seorang pemain genius dan vital bagi setiap tim yang diperkuatnya. Di setiap laga, kami pun terus berpikir apa lagi keajaiban yang akan dia ciptakan," kata Sabella seperti dikutip Associated Press.
Masalahnya, sampai kapan Argentina akan terus mengandalkan Messi. Sebab, masalah di tim tidak hanya soal produsen gol yang dimonopoli Messi. Tapi juga di kompartemen pertahanan.
Jika ada sebutan Fab Four untuk kuartet lini serang Argentina yang dihuni Messi, Gonzalo Higuain, Sergio Aguero, dan Angel di Maria, maka ada sindiran untuk benteng mereka. Yakni, (not) fab back four yang ditujukan kepada Pablo Zabaleta, Ezequiel Garay, Federico Fernandez, dan Marcos Rojo.
Menghadapi tim-tim medioker di grup saja mereka sampai kebobolan tiga kali atau rata-rata satu gol per laga. Padahal, rival mereka di babak knockout lebih berat. Mereka memang "hanya" bertemu Swiss di 16 besar, tapi tim-tim yang memiliki keseimbangan permainan kuat seperti Belgia, Belanda, atau Meksiko siap menjegal Argentina di fase selanjutnya..
Sabella tidak menampik masih ada PR di barisan pertahanan Argentina. Namun, dia tak lagi punya pilihan lebih baik. Empat back four yang dimainkannya dianggap Sabella suda terbaik di posisinya masing-masing.
Barisan cadangan yang dihuni duo pemain gaek, Martin Demichelis dan Hugo Campagnaro, serta Jose Maria Basanta memang tidak bisa diharapkan banyak sebagai solusi.
"Para pemain bertahan kami sudah bekerja dengan baik. Tapi, kami memang harus belajar bagaimana meningkatkan performa," jelas Sabella di situs resmi FIFA.
Sabella juga beralasan banyaknya gol di fase grup merupakan konsekuensi bagi tim yang mengusung gaya bermain ofensif. Masalahnya, daya gedor Argentina juga tidak terlalu dahsyat sebagaimana julukannya.
Akurasi tembakan mereka hanya di kisaran 40 persen. Angka itu termasuk sangat rendah jika dibandingkan tim-tim favorit juara lainnya seperti Brasil, Belanda, Prancis, yang di atas 50 persen. Bahkan, Brasil dan Belanda memiliki akurasi tembakan tertinggi hingga 70 persen dan 68 persen.
"Karena kami tim yang menyerang, maka ada banyak hal yang harus dibenahi di babak pertahanan. Kami tahu kami tidak bisa melakukan kesalahan yang sama. Jika kesalahan itu terjadi di 16 besar, kami akan benar-benar dihukum," papar Sabella kepada Clarin.
Persoalan Sabella sejatinya tidak hanya di back four. Kiper Sergio Romero yang bermain gemilang di dua laga perdana kini mulai terlihat handicap-nya. Dia adalah kiper timnas tapi bukan kiper utama di level klub. Dia bahkan hanya jadi starter di dua laga Ligue 1 bersama Monaco. Total dia hanya bermain tiga laga. (aga/dns)