Bahagia Mendidik Anak Difabel
jpnn.com - JAKARTA - Tidak semua orang dapat memiliki keteguhan hati untuk mendidik anak-anak difabel. Namun, jalan tersebut sudah dipilih oleh Suryani (46) asal Makassar, Sulawesi Selatan. Perempuan yang akrab disapa Bu Ani ini sudah 18 tahun mengabdikan diri sebagai guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Makassar.
Meski mengaku cukup sulit, Ani menyatakan senang menjalani profesinya itu. "Suka duka sudah kami alami. Namanya sudah panggilan, kami tetap senang menjalaninya," kata Ani pada JPNN di Istana Negara, Jakarta, Selasa, (20/8).
Ani mengaku mendidik anak-anak difabel punya tantangan tersendiri. Terutama, mendidik anak-anak autis. Tak jarang, kata dia, spontanitas anak-anak autis membuat guru harus lebih sigap dalam mengendalikannya. Termasuk menjaga psikologis dan emosi anak didiknya.
"Kalau anak yang autis kita harus lebih sigap. Ada yang kalau marah, bisa banting temennya sendiri. Itu kan bahaya," lanjutnya.
Dia mengaku memilih menjadi guru di SLB karena ia memiliki sanak keluarga yang juga difabel. Oleh karena itu, ia menyakini semua anak difabel berhak mendapat tempat yang sama di dunia pendidikan. Terkadang, kata dia, ada kontak batin dia dengan anak didiknya karena kedekatan emosional yang terbangun.
Hal yang kadang tidak dirasakan guru lainnya ketika bersama murid nondifabel. Saat ini, kata Ani, ia memiliki sekitar 50 anak didik. "Kami terhibur dengan tingkah anak didik kami. Mereka sangat istimewa," sambungnya.
Sama dengan guru lainnya, saat ditemui JPNN, Ani pun tak kuasa menyembunyikan kebahagiaannya karena diundang mengikuti HUT RI ke 68 di Istana Negara, Jakarta. Belum lagi mendapat kesempatan berfoto dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono. Ia mengaku kebahagiaan jadi berlipat ganda.
"Baru pertama kali ke Istana, saya senang sekali. Tidak terbayang sama sekali. Nanti foto sama Presiden dan ibu negara dipajang di kelas. Kami bangga sekali," kata Ani malu-malu. (flo/jpnn)