Banyak Rumah Tak Layak Huni
jpnn.com - SERANG - Jumlah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kota Serang masih sangat tinggi. Berdasarkan data Dinas Sosial (Dinsos) setempat, sedikitnya masih ada 12.658 Kepala Keluarga (KK) yang rumahnya sangat sangat memperihatinkan alias tak layak huni. Berdasarkan data yang diterima INDOPOS, meski tiap tahun angka RTLH menurun, namun hingga 2013 ini jumlahnya masih sangat tinggi.
Yakni tahun 2010 lalu jumlah RTLH ada 13.200 unit. Tahun 2011 tersisa 13.040 unit dan tahun 2012 sebanyak 12.786 unit. Tahun ini dianggarkan untuk bedah rumah 100 unit atau tersisa 12.686 unit. "Kami sudah berusaha mengurangi jumlah RTLH. Karena keterbatasan anggaran, masih tersisa cukup banyak," ujar Kabid Pemberdayaan Sosial, Dinsos Kota Serang, Agus Muhamad Arip, kemarin (27/8).
Agus juga menuturkan, jumlah sebanyak itu tersebar di enam kecamatan di Kota Serang, yang paling banyak terdapat RTLH adalah Kecamatan Kasemen yang diketahui menjadi kantong kemiskinannya paling tinggi di Kota Serang yang juga Ibu Kota Provinsi Banten. "Di Kasemen jumlah penduduknya banyak, akan tetapi tidak dibarengi dengan perekonomian yang kurang berjalan," ujarnya juga.
Agus juga menuturkan, untuk menuntaskan program RTLH ini, tidak hanya Dinsos saja, akan tetapi Dinas Pekerjaan Umum (DPU) juga mempunyai program yang sama. Pada APBD perubahan Pemkot Serang juga akan menganggarkan untuk 15 unit RTLH. "Dalam pemberian bantuan program RTLH ini, yang kami prioritaskan adalah para pemegang kartu BLSM atau raskin," ungkap Agus lagi.
Dia menambahkan, alasan pemilik kartu BLSM atau raskin diprioritaskan, karena agar mengena sasarannya. "Masyarakat kurang mampu yang sudah terdata, jadi lebih valid, dimana untuk di Kota Serang pemilik Kartu BLSM itu ada 17.121 KK," katanya. Sementara Yadi Ahyadi aktivis sejarah mengaku miris dengan ditetapkannya Kecamatan Kasemen sebagai kantung kemiskinan di Kota Serang, Banten.
Pasalnya, Kasemen saat masa Kesultanan Banten menjadi daerah berekonomi tinggi karena sebagi pusat perdagangan, hingga kini arus keluar masuk PAD juga masih tetap tinggi. "Kasemen atau tepatnya Banten lama banyak potensi, selain sawah dan laut juga menjadi pusat perdagangan dan wisata ziarah. Jika dikelola baik, mestinya ini tak perlu terjadi," cetusnya. (bud)