BBM Naik, BI Pastikan Inflasi Terkendali
jpnn.com - JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memastikan tingkat harga barang dan jasa di masyarakat tetap terkendali apabila pemerintah menaikkan harga BBM sebagai konsekuensi pengurangan subsidi. Otoritas moneter tersebut bakal menjalin komunikasi intens dengan tim pengendali inflasi daerah (TPID) untuk mencegah terjadi second round effect kenaikan BBM.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, setiap kenaikan BBM sekitar Rp 1.000 per liter, maka akan menyumbang inflasi kurang lebih sekitar 1,1-1,5 persen. Lantaran itu, menurut Perry, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dengan memberikan angka-angka pertimbangan inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan efeknya terhadap defisit transaksi berjalan.
"Apabila koordinasi baik, kami siap pastikan dampak (kenaikan BBM) terhadap inflasi tetap terkendali dan hanya temporer," ujarnya di Gedung BI, Jumat (7/11).
Namun demikian, Perry belum terburu-buru menyebut respon kebijakan BI terhadap kenaikan BBM, seperti apakah akan meningkatkan suku bunga acuan untuk mengendalikan inflasi.
"Tergantung kenaikan harga dan dampaknya ke inflasi. Karena kebijakan moneter itu diarahkan ke stabilitas. Jadi apapun dan berapapun kenaikannya, dampaknya akan terkendali," terangnya.
Sebelumnya, merujuk catatan BI, keyakinan konsumen terhadap perekonomian di Indonesia tetap optimistis kendati BBM naik. Hal ini terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktber 2014 yang menunjukkan angka 120,6, atau sedikit lebih tinggi dari bulan sebelumnya (month to month/mtm) yang sebesar 119,8.
"
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, peningkatan keyakinan konsumen tersebut didorong oleh optimisme konsumen khususnya pada enam bulan mendatang. "Ekspektasi yang optimis tersebut khususnya pada kegiatan usaha dan ketersediaan lapangan kerja. Selain itu masyarakat optimistis Pemerintah meningkatkan proyek pembangunan infrastrukturnya. Sehingga akan mendapat kemudahan pembiayaan dari perbankan," ungkapnya.
"
Dia memerinci, penguatan IKK terjadi di 10 kota dengan peningkatan indeks tertinggi di Semarang (15,0 poin), dan Padang (8,6 poin). "Kalau berdasarkan tingkat pengeluarannya, peningkatan IKK tertinggi terjadi pada kelompok responden dengan tingkat pengeluaran Rp 3 juta hingga Rp 4 juta per bulan," ujarnya. (gal)