Benarkah Fasting Diet Bisa Meningkatkan Risiko Diabetes?
Untuk mempelajari puasa intermiten, para peneliti di Brazil membuat tikus menjalankan diet berpuasa dan mengukur berat badan mereka, tingkat insulin dan keberadaan radikal bebas dalam tubuh mereka selama tiga bulan.
Sementara tikus kehilangan berat badan secara keseluruhan, mereka mengembangkan jaringan lemak di sekitar perut mereka dan sel pankreas mereka menunjukkan tanda-tanda kerusakan.
Tim peneliti juga menemukan penanda resistensi insulin dalam darah mereka dan tingkat radikal bebas yang lebih tinggi.
"Penelitian ini adalah yang pertama menunjukkan bahwa, meskipun bisa menurunankan berat badan, puasa intermiten bisa merusak pankreas dan memengaruhi fungsi insulin pada individu yang sehat dan bisa menyebabkan diabetes dan masalah kesehatan yang serius lainnya," kata penulis utama studi di Universitas Sao Paulo, Brasil, Ana Bonassa, seperti dilansir laman MSN, Senin (23/7).
Para ilmuwan juga menyatakan keprihatinan mereka mengenai efek jangka panjang yang tidak diketahui dari puasa, terutama pada individu dengan masalah metabolisme.
"Kita harus mempertimbangkan bahwa orang yang kelebihan berat badan atau obesitas yang memilih diet puasa intermiten mungkin telah memiliki resistensi insulin, jadi meskipun diet ini bisa menyebabkan penurunan berat badan secara cepat dandalam jangka panjang, namun bisa ada efek merusak yang berpotensi serius bagi kesehatan mereka, seperti perkembangan diabetes tipe 2," jelas Bonassa.
Bonassa mengatakan bahwa sampai kita sepenuhnya memahami konsekuensi dari puasa intermiten dan menyadari jika ada risiko pada manusia, mungkin ada strategi yang lebih baik untuk menurunkan berat badan, seperti pembatasan kalori.
Karena diet yang baik adalah diet yang bisa Anda pertahankan seumur hidup dan sehat dalam jangka panjang.(fny/jpnn)