Berdampak Buruk pada SPBU Asing
jpnn.com - JAKARTA - Rencana kebijakan subsidi untuk bahan bakar RON 92 yang produknya dikenal sebagai pertamax bisa berdampak buruk pada SPBU asing.
BPH Migas sebelumnya mengusulkan besaran subsidi tetap antara Rp 1.500 sampai Rp 2.000. Kalau angka itu disetujui dan dipindahkan ke pertamax, harga pertamax bisa turun sampai Rp 7.950 untuk Jabodetabek.
Tentu saja itu jadi mimpi buruk bagi SPBU asing yang masih menjual Rp 9.950. "Pengalihan subsidi bisa menekan SPBU asing seperti Shell untuk menurunkan harganya," ujar Ketua Tim RTKM Faisal Basri.
Nah, kalau tidak mau menurunkan harga karena takut rugi, SPBU asing tetap menjual dengan disparitas harga yang cukup lumayan. Bukan tidak mungkin itu membuat pembeli lari.
Anggota Komite BPH Migas Ibrahim Hasyim mengatakan, rekomendasi tersebut merupakan salah satu upaya untuk membangun kedaulatan energi. Untuk menjaga iklim, sebenarnya Shell, Petronas, maupun Total punya kesempatan yang sama untuk mendistribusikan BBM subsidi.
Jadi, nanti di SPBU asing ada harga yang sama untuk produk RON 92. Setiap tahunnya BPH Migas membuka beauty contest bagi perusahaan-perusahaan yang berminat mendistribusikan BBM subsidi. Untuk tahun ini, pemenangnya adalah PT Pertamina dan PT AKR Corporindo.
"Silakan saja, siapa saja. Setiap kali seleksi, puluhan perusahaan ikut. Lantas kita seleksi administrasinya, seleksi teknik, sampai finansial. Tahun ini pilihan mengerucut dan memberikan penugasan BBM subsidi melalui badan usaha yang punya infrastruktrur, yakni Pertamina dan AKR," jelasnya.
Shell maupun Petronas sebenarnya pernah ikut beauty contest. Namun, Ibrahim ingat betul, dua perusahaan itu mundur karena ada beberapa persyaratan yang tidak bisa dipenuhi. Yang paling berat adalah kepemilikan infrastruktur di luar Jawa atau Jabodetabek.
Kalau mau mendistribusikan BBM subsidi, SPBU asing mutlak perlu membangun jaringan lagi. Tidak mudah dan butuh biaya besar memang. Tetapi, itu syarat mutlak karena distribusi BBM subsidi ada di tangan pemerintah. "Kalau memenuhi syarat, siapa pun bisa ikut mendistribusikan," tuturnya.
Di sisi lain, Ibrahim mengatakan, realisasi dari rekomendasi perlu karena permintaan atas BBM beroktan tinggi makin besar. Kendaraan keluaran terbaru disebutnya meminta oktan tinggi untuk menggerakkan mesin dengan baik.
Shell sebagai salah satu SPBU asing yang terancam gulung tikar karena menjual bahan bakar RON 92 lebih tinggi daripada Pertamina belum bisa berkomentar banyak. Country Marketing Manager Shell Retail Julio Manuputty saat dihubungi semalam memilih menunggu langkah pemerintah atas rekomendasi itu.
"Kami belum bisa memberikan komentar. Masih menunggu peraturannya bagaimana nanti," jawabnya.
Ucapan yang sama muncul saat disinggung apakah rekomendasi yang disampaikan tim pimpinan Faisal Basri tersebut merugikan pihaknya atau tidak. (dim/owi/wir/dee/c9/kim)