Berdoa Sebelum Belajar Dianggap Masalah, Mendikbud Dikritik
jpnn.com - JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan tengah menuai kritik atas pernyataannya yang menganggap membaca doa sebelum dan sesudah belajar di sekolah negeri sebagai masalah karena dinilai memaksakan agama tertentu, sehingga perlu ditertibkan.
Pernyataan ini disampaikan Mendikbud saat konferensi pers di kantornya, Senin (8/12). "Sekolah di Indonesia mempromosikan agar anak-anak kita taat menjalankan agamanya, tapi bukan memaksakan satu agama. Jadi, kita sedang susun, ada tata tertib saat memulai dan tutup sekolah, dan terkait dengan doa, yang menimbulkan masalah. Prisnipnya gak boleh sekolah negeri promosikan sikap satu agama, tapi bhineka tunggal ika," kata Mendikbud Anies saat itu.
Pernyataan ini dikritik karena dinilai menyudutkan agama Islam. Sebab, lumrahnya doa sebelum dan sesudah belajar yang kerap dibaca siswa di sekolah-sekolah negeri adalah doa secara Islam yang dianut mayoritas siswa.
Nah, Anggota Komisi X DPR yang menerima informasi ini langsung bereaksi meski tak mendengar langsgung. "Jika itu benar, sangat disayangkan. Padahal itulah awal terbentuknya pribadi yang religius pada anak di sekolah," kata Reni Marlinawati, Anggota Komisi X DPR, Selasa (9/12).
Politikus perempuan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu mengatakan tujuan pendidikan itu adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi anak yang beriman bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, cerdas, kreatif, inovatif, sehat dan bertanggungjawab.
"Maka hal pertama yang wajib ditanamkan adalah nilai-nilai religiusitasnya terlebih dahulu yang ditanamkan kepada anak, salah satu bagiannya adalah membiasakan berdoa sebelum dam sesudah belajar," tegasnya.
Karena itu Reni tegas menentang jika ada upaya dari pemerintah merusak norma-norma agama yang sudah dijalankan di hampir semua sekolah negeri di tanah air. "Tentu nanti akan kami minta klarifikasinya," tandas Reni. (fat/jpnn)