Berharap SBY Tak Turunkan BBM Jelang Pemilu
jpnn.com - JAKARTA - Pakar ekonomi Faisal Basri berharap pemerintah tidak menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) menjelang pemilu 2014. Pasalnya, kebijakan tersebut dapat membahayakan kondisi ekonomi Indonesia di masa yang akan datang.
Faisal menjelaskan, menjelang pemilu, pemerintah biasanya membuat kebijakan untuk menekan angka inflasi. Selain untuk menjaga stabilitas keamanan, langkah ini juga merupakan bagian dari upaya menggaet simpati pemilih.
"Itulah keuntungan dari partai penguasa, dan ini terjadi di seluruh dunia. Tapi di Indonesia caranya kampungan," kata Faisal kepada wartawan di Jakarta, Minggu (2/3).
Kekhawatiran ekonom asal Universitas Indoonesia ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, jelang pemilu 2009 lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menurunkan harga BBM sampai tiga kali.
Kebijakan populis tersebut, lanjut Faisal, menyebabkan keuangan negara bocor karena subsidi BBM yang membengkak. Dampak buruknya pun dirasakan baru-baru ini ketika pemerintah menaikkan harga BBM.
"Itulah dosa Pak SBY, hanya karena dia ingin dipilih lagi, dia menciptakan bom waktu untuk masyarakat yang akan datang. Kalau dulu tidak diturunkan kenaikan harga BBM bisa dilakukan bertahap sehingga masyarakat tidak kaget," ujarnya.
Meski tahun ini SBY tidak ikut berkompetisi dalam ajang pemilu presiden, tidak tertutup kemungkinan kebijakan serupa diterapkan lagi. Mengingat, SBY dan Partai Demokrat tetap berkepentingan untuk meraih suara sebanyak-banyaknya.
"Harusnya kalau mau menekan inflasi lakukan dengan kerja keras membangun ekonomi. Bukan dengan cara-cara kampungan seperti itu," tandas Faisal. (dil/jpnn)