Bertanam Cabai di Lahan Berpasir, Karunia Tuhan Tiada Henti
Tidak hanya sekedar bertanam, Ngatimin bersama petani lain juga mengembangkan benih lokal. Upaya ini dilakukan agar petani mandiri dan tidak ketergantungan produksi benih yang dijual di pasaran.
Tak berlokasi jauh dari areal Ngatimin, Anton kembali menyambangi petani yang tengah menyirami tanamannya. Secara spontan dirinya mencicipi air yang digunakan untuk menyiram sebidang lahan. Ajaibnya, air tersebut tidak asin.
“Kembali kita harus bersyukur. Di lahan yang 10 tahun lalu terbengkalai, tumbuh subur cabai. Mulai dari cabai rawit hingga cabai keriting. Airnya pun berlimpah dan meski dekat bibir pantai, ini air tawar,” ujarnya senang.
Sebagai bahan informasi, pengelolaan lahan berpasir untuk tanam cabai tidaklah sulit. Pasir cukup diberi pupuk kandang sebagai unsur hara dan memperhatikan jadwal penyiraman. Untuk tanaman cabai rawit, penyiraman dilakukan tiap tiga hari sekali. Sementara untuk cabai keriting atau cabai besar, penyiraman dilakukan setiap hari.
"Saya terharu, anugerah Allah ternyata luar biasa, lahan berpasir yang sangat miskin unsur hara ternyata bisa bermanfaat buat masyarakat disekitar sini, dengan semangat masyarakatnya yang luar biasa didukung oleh sumber air tanah yang melimpah dan dangkal di lahan pasir laut ini bisa memberi kesejahteraan buat masyarakatnya, betul kata pepatah *if there is a will, there is a way*" pungkasnya.(jpnn)