Bingung Biaya, Tidak Tega Lihat Fisik Anak
Senin, 01 Juli 2013 – 08:09 WIB
Dokter spesialis kandungan di RSB Duta Mulya dr Tatang Mulyana SpOG menambahkan, kasus bayi paragus dicephalus conjoined twins pernah ditemukan pada 1783 di Bengal, India. Menyusul kemudian pada 1811 di Amerika Latin yang diberi nama Chang dan Eng. Pada era modern, lahir bayi dengan kasus seperti itu di AS, tepatnya di Minessota, pada 1990 dan diberi nama Abigail serta Britanny.
Di Indonesia kasus tersebut kali pertama muncul pada 2006. Bayi itu dinamai Syafitri. Kasus kedua terjadi pada 2009. Menurut Tatang, bayi dengan kelainan seperti itu membutuhkan perawatan medis secepatnya setelah dilahirkan. Itu dilakukan untuk observasi mendalam dan memastikan kondisi organ tubuh, terutama organ dalam, berfungsi dengan baik. "Ingat, ini berarti satu badan yang dikendalikan dua kepala dengan dua otak," katanya.
"Harus secepatnya ditangani tim ahli dan peralatan yang memadai. Sebab, mayoritas meninggal setelah dilahirkan. Kondisi anak ini baik, tapi butuh follow up. Biar tahu sejauh mana survive-nya," beber Tatang. (*/c2/agm)