Bisa Dicoba Nih, Tanam Kemangi untuk Tanggulangi Wabah DBD
jpnn.com, SURABAYA - Kekompakan warga RW 13 Platuk Donomulyo, Sidotopo Wetan patut diacungi jempol. Kini kampung mereka dikenal sebagai Kampung Kemangi yang sukses menanggulangi wabah demam berdarah dengue (DBD). Tak heran pula, berkat kerjasama yang apik, pada 2017 lalu mereka berhasil mendapat penghargaan dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
''Momen yang tak terlupakan. Saya tak menyangka bisa mendapat penghargaan karena menciptakan inovasi sederhana di bidang kesehatan,'' kata perwakilan kampung Sri Wedari.
Menurut dia, banyak kampung lain yang punya program keren-keren. Apalagi, pembentukan Kampung Kemangi itu berangkat dari ide sederhana: bagaimana melawan wabah demam berdarah.
Dua tahun lalu, Kampung Platuk merupakan salah satu kampung yang paling kumuh dan bau di Surabaya. Genangan air ada di mana-mana. Itulah yang membuat nyamuk berkembang biak ''Termasuk di kamar mandi. Seolah-olah kami ini ternak nyamuk,'' kata Sri Wedari, lantas tertawa.
Ketika musim demam berdarah, wabah penyakit yang ditimbulkan virus dengue itu pun menyebar di kampung tersebut. Data di Puskesmas Sidotopo Wetan, ketika itu setidaknya ada 30 warga yang harus dirawat gara-gara demam berdarah. ''Terutama di RT 4 dan RT 10. Di sana pusat persebarannya,'' terangnya.
Melihat hal itu, sejumlah warga pun berinisiatif melakukan pencegahan. Yang pertama tentu saja bumantik (ibu-ibu pemantau jentik). Yang kedua, menanam tumbuhan yang tidak disukai nyamuk.
Warga kemudian memilih kemangi. Bukan lavender atau serai. ''Ada sejumlah keunggulan. Di antaranya, pembibitannya mudah dan baunya tak disukai nyamuk. Baunya lebih kuat daripada lavender,'' terangnya. Selain itu, bibit kemangi bisa ditanam di pot sehingga lebih praktis.
Tentu saja, proyek penanaman kemangi itu dimulai di RT 4 dan RT 10, kawasan yang paling parah terpapar demam berdarah. Selanjutnya, semua rumah di RW 13 diwajibkan menanam kemangi. ''Minimal tiga pot,'' kata Ketua RW 13 Syaiful Huda. Warga pun diberi pemahaman soal kemangi. Mulai penanaman hingga pemanfaatan daun kemangi untuk menangkal DBD.
Syaiful melanjutkan, cara pemanfaatan kemangi dimulai dari pemilihan daun. Daun kemangi yang bagus adalah yang belum memiliki bunga. ''Warna daun pun harus betul-betul hijau," katanya. Khasiat daun yang berwarna hijau lebih bagus daripada yang mulai menguning.
Setelah memetik daun kemangi, langkah selanjutnya adalah meremasnya. ''Tapi, jangan lama, sebentar saja,'' tambahnya. Jika terlalu lama, aromanya bisa memudar. Setelah diremas, daun tersebut dicampur dengan segelas air. ''Lalu, taruh di piring," katanya. ''Setelah itu, diamkan sesaat, nyamuk pun pergi," tambahnya. Selain diletakkan di piring, daun kemangi yang diremas bisa digunakan langsung sebagai lotion. ''Ini kan lebih alami. Tidak pakai zat kimia. Jadi lebih bagus," ungkapnya.
Di bagian lain, Kepala Puskesmas Sidotopo Wetan dr Basilius Agung mengatakan, pada 2017 ada 30 kasus DBD di RW 13. Pada 2018 jumlahnya turun menjadi 10 kasus. ''Ini juga berkat Kampung Kemangi itu," katanya. Selaku mentor kader bumantik, dia berharap pada tahun-tahun selanjutnya kasus DBD di RW 13 terus menurun. ''Bahkan harus nihil," ungkapnya.
Basilius juga berharap pembentukan Kampung Kemangi tersebut memacu semangat kampung lain untuk melakukan hal serupa. Menurut dia, semangat-semangat kecil semacam itulah yang harus ditularkan kepada khalayak. Sebab, selama ini kampung hanya dipandang sebelah mata. (fajar/c7/ano)