Budidaya Ikan Koi, Omzet Puluhan Juta Rupiah per Bulan
“Dalam pemijahan agak gampang-gampang susah, air harus di atas 20 derajat. Setelah dipijahkan sekitar umur 2 bulanan, baru dibawa ke kolam pembesaran. Di kolam pembesaran sendiri juga banyak hama, yakni ikan predator, kepiting ular hingga burung yang siap memangsa anakan koi,” papar pemilik Grafika Koi ini.
Dari usahanya tersebut, Agung memiliki dua karyawan yang bertugas menjaga kolam pembesaran di Tuntang yang berjumlah 7 petak kolam tanah.
Setelah dirasa cukup besar atau masuk ukuran 15 sentimeter, ikan koi lantas dipilah kembali untuk menentukan grade atau kualitas jual dari ikan yang dihasilkan. Mulai dari kelas pasar, grade B, grade A sampai grade SQ atau kelas kontes.
“Untuk kelas pasar dilepas dengan harga Rp 7 ribu – Rp 12 ribu ini jumlahnya ribuan bahkan ratusan ribu ekor. Semakin grade ke atas semakin sedikit, namun harganya semakin mahal. Untuk grade B mencapai Rp 100 ribu per ekor, sementara grade A Rp 300 ribu, dan kelas kontes mencapai jutaan rupiah per ekor. Itu pun tergantung dari ukurannya,” bebernya.
Jenis ikan koi sendiri memang beragam, mulai dari jenis Kohaku, Sanke, Showa, Utsuri, Bekko, Ogon, Agasi, Shusui, Chagoi dan lain sebagainya.
Namun Agung cenderung fokus membudidayakan ikan koi jenis Kujaku. Jenis koi Kukaju sendiri memiliki warna dasar putih yang dihiasi dengan pola jaring berwarna hitam dan pola merah atau oranye atau kuning yang menutupi sebagian pola jaring tersebut dengan variasi jenis Kujaku Doitsu, Kujaku Tancho, dan Kujaku Maruten.
“Kalau saya lebih fokus ke jenis Kujaku sebagai ciri khas produk, apalagi di Indonesia sangat jarang. Bisa dibilang, ini ikan khusus dan orang tertentu yang suka. Penjual pun bisa pegang harga sesuai dengan kualitasnya,” katanya.
Untuk pemasaran, Agung mengaku telah memiliki jaringan sendiri di beberapa Kota di Jawa Tengah. Selain itu, ia menggunakan sosial media untuk promosi penjualan ikan koi yang dihasilkan.