Bukan Cerita Alexis, ini Sejarah Diskotek Pertama di Jakarta
Cerita Tanamur pun beredar dari mulut ke mulut. Suasananya, musiknya, disain interiornya hingga kehangatan dan keramahannya. Dan sudah barang tentu, aturan mainnya yang tak ada aturan. Bebas! Enjoy! Party!
Sampai pula kabar itu ke telinga para penikmat musik disko. Ke orang-orang yang sekadar mencari ketenangan dan hiburan di malam hari.
Majalah Tempo, 27 Maret 1971 menggambarkan suasana Tanamur:
Musiknja lebih mendebur, tetapi di beberapa podjok suasana suram mirip kesepian. Di Tanamur kesempatan untuk merenung sangat terbuka, lambang pohon kaktus memang tepat baginja.
…Tanamur bagaikan milik para remadja. Ada kebebasan dan kesederhanaan.
"Di sini ada pasangan-pasangan jang tidak datang bersama," kata Ahmad Fahmy, "mereka kentjan untuk bertemu di sini, untuk menghemat biaja," begitu tulis Tempo.
Majalah berita mingguan yang digawangi Goenawan Mohamad ini cukup rajin menurunkan berita riuh rendah kehidupan Tanamur. Agaknya wartawannya pengunjung setia Tanamur.
Tanamur memang banyak dikunjungi wartawan dan penulis.