Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Bukan Gugat

Oleh: Dahlan Iskan

Jumat, 15 Juli 2022 – 07:08 WIB
Bukan Gugat - JPNN.COM
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

"Sistem politik kita juga belum  menjadikan perguruan tinggi sebagai sokoguru kehidupan bernegara berbangsa. Perguruan tinggi tidak lebih mengambil peran sebagai lembaga training kelas pekerja di masa depan," katanya.

Animo masyarakat terhadap isu-isu akademis sangat minim. "Akhirnya pendidikan tinggi hanya dilihat sebagai satu fase jenjang karier. Tanpa melihat urgensi pencapaian intelektual sebagai bagian dari tugas kependidikannya," katanya.

Biiznillah, 43 tahun, kini dosen di almamaternya. "Saya kawin dengan orang Bengkulu. Jadilah menetap di sini," katanya.

Tesis S-2 nya berjudul Transendensi Moralitas dalam Ateisme. Itu di Islamic College For Advanced Studies (ICAS) Jakarta, program kerja sama ICAS London dan Universitas Paramadina.

Kini Biiznillah menempuh S-3 dengan rencana disertasi Problem Eksistensi Jiwa dalam Khazanah Filsafat Islam.

Saya pun titip pertanyaan kepadanya: apakah khusyuk itu gejala jiwa atau gejala agama. Mengapa ada orang mudah khusyuk, sampai menangis-nangis dan mengapa ada yang sulit.

Begitu banyak tanggapan akan rendahnya reputasi perguruan tinggi kita. Namun, ilmuwan  jenis Indro Cahyono tidak peduli dengan semua itu. Ia juga membaca rendahnya reputasi internasional seperti yang ''digugat'' Prof Mikrajuddin Abdullah dari ITB (Disway kemarin).

Ahli virus ini jenis ilmuwan cuek. Baginya: gelar, prestise, ego, dan insentif material itu tidak penting. Ia jenis peneliti yang berorientasi pada kemanfaatan penelitian untuk masyarakat lokal.

Pemikiran Biiznillah, Anda sudah tahu, sering dianggap menggugat doktrin apa saja. Ia pemikir muda Islam yang lagi naik daun. Lahir sampai SMA di Liwa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close