Bursa Filipina Salip Indonesia
JAKARTA - Nilai transaksi saham harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara rata-rata menurun terutama jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Penurunan yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir ini membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) disalip Bursa Filipina yang menjadi tumbuh tertinggi di dunia.
Mulai awal tahun sampai Rabu lalu (30/4), IHSG tercatat tumbuh 13,24 persen. Pertumbuhan mulai melambat akibat berkurangnya nilai transaksi harian akibat arus jual investor asing. Dampaknya, takhta pertumbuhan tertinggi yang sebelumnya ditempati IHSG harus digeser Bursa Filipina yang mencatat kenaikan 13,89 persen.
Data BEI mencatat hingga 30 April 2014 nilai rata-rata transaksi harian Rp 6,17 triliun. Angka itu lebih rendah dibandingkan rata-rata nilai transaksi harian sepanjang 2013 sebesar Rp 6,53 triliun dan kuartal pertama 2013 rata-rata Rp 6,26 triliun.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Samsul Hidayat mengatakan, rata-rata perdagangan pada kuartal pertama 2014 sebesar Rp 6 triliun. Sedangkan pada periode yang sama 2013 di kisaran Rp 6,26 triliun.
Penurunan nilai transaksi saham rata-rata harian diakui karena pelaku pasar mengantisipasi pemilu. "Menjelang pemilu presiden, pelaku pasar sedang wait and see sehingga transaksi cenderung menurun," ungkapnya.
Target BEI untuk nilai transaksi harian secara rata-rata sepanjang 2014 adalah Rp 7 triliun. Samsul meyakini target itu akan tercapai terutama dari perbaikan situasi pasar pasca pemilu.
"Bursa terus mengawasi perkembangan pasar ke depan," terusnya. Pemilu diharapkan menjadi katalis positif bagi ekonomi Indonesia sehingga berdampak positif terhadap kepercayaan diri pelaku pasar dan mendorong perkembangan pasar modal Indonesia.
Chief of Investment PT Valbury Asia Securities, Hanafi Anwar mengatakan, secara historis tingkat likuiditas dalam tiga sampai empat bulan pertama di awal tahun sangat besar. Hal ini menjadi gambaran siklus bahwa investor global lebih banyak bertransaksi jual beli saham di awal tahun kemudian merealisasikan keuntungan dari investasinya pada bulan kelima.
Pada awal kuartal kedua 2014, kata Hanafi, sentimen yang memengaruhi minat investor bertransaksi di pasar saham adalah kepastian situasi politik jelang pemilihan presiden 9 Juli 2014.
"Likuiditas tidak berkurang. Yang terjadi sekarang sifatnya temporal. Investor masih wait and see. Pada semester kedua 2014, saya rasa transaksi akan kembali semarak dengan catatan hasil pilpres sesuai ekspektasi pasar," ungkapnya.
Dari luar negeri, sentimen negatif yang memengaruhi persepsi investor global adalah perkembangan ekonomi Tiongkok dan konflik yang terjadi di Ukraina. Sedangkan sentimen tapering off oleh The Federal Reserve (The Fed) menurut Hanafi sudah tidak terlalu berpengaruh.
"Penurunan nilai transaksi saham lebih karena faktor persepsi investor akibat sentimen negatif Ukraina dan ekonomi Tiongkok. Investor masih meraba arah likuiditas di pasar keuangan global," ujarnya.
Hanafi optimistis pada semester kedua 2014 transaksi di pasar saham domestik akan kembali semarak. (gen/oki)