Bursah Zarnubi, Pentolan Gerakan Lawan Ahok
Sebutan itu melekat karena dia memiliki pandangan dan sikap kritis terhadap ideologi-ideologi tertentu. Dia sangat lantang jika bicara tentang demokrasi, namun dia mulai menganggap demokrasi akhir-akhir ini sebagai bencana.
Alasan yang mendasari anggapan tersebut adalah demokrasi tidak lagi menyentuh rakyat kecil, melainkan para penduduk kota dan pemilik modal yang tidak memperhatikan nasib dan kemakmuran petani dan rakyat kecil lainnya.
Dia juga menuding demokrasi sekarang yang tidak mengandung unsur keadilan dan equality (kesejajaran). Karena itu dia mengimbau agar revolusi pemikiran tentang makna demokrasi didasarkan pada nilai-nilai luhur di tanah air segera dilaksanakan.
Dia beranggapan negara boleh saja memiliki utang luar negeri, asalkan bisa diberdayagunakan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. ”Tapi selama ini yang terjadi berbeda,” ujar juga alumnus Fakultas Ekonomi, Universitas Jayabaya ini.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Bintang Reformasi itu semasa menjadi mahasiswa memang sudah aktif berorganisasi. Saat mahasiswa, Bursah aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Pria pencinta olahraga fitness itu sempat mencalonkan diri jadi calon Presiden pada Pemilu 2009 lalu.
Pencalonannya itu dilakukan Partai Bintang Reformasi (PBR) yang didirikan (alm) dai kondang, Zainuddin MZ. Saat itu, Bursah bersama partainya menargetkan untuk mendapatkan total perolehan suara minimal 8 persen dalam Pemilu Legislatif (Pileg) 2009.
Namun rencana tersebut gagal. Hingga akhirnya yang menduduki kursi kepresidenan Indonesia pada 2009 adalah Susilo Bambang Yudhoyono dari Partai Demokrat.