Cawapres Lebih Tepat Bukan Politisi
jpnn.com - JAKARTA – Pengamat sosial budaya Universitas Indonesia Devie Rahmawati menilai, peluang menjadi Calon Wakil Presiden (Cawapres) tidak sepenuhnya menjadi milik politisi. Sejumlah tokoh masyarakat dianggap memiliki kapabilitas untuk menduduki kursi nomor dua di Indonesia.
“Saya pikir justru akan menjadi kombinasi yang pas jika Indonesia dipimpin pasangan politisi dan non politisi,” kata Devie di Jakarta, Sabtu (12/4).
Kombinasi politisi sebagai presiden dan non politisi jadi wakilnya, tambah Devie, akan menghasilkan pemerintahan yang seimbang dan bijaksana dalam menelurkan kebijakan.
“Menjadi penting bagaimana kebijakan Pemerintah ke depan tidak semuanya bersifat politis. Keberadaan non politisi sebagai wakil presiden diharapkan bisa memberikan pendekatan humanis dalam kebijakan Pemerintah ke depan,” lanjutnya.
Devie juga mengatakan, banyak tokoh masyarakat di Indonesia yang memiliki kapabilitas untuk menduduki jabatan RI 2. Disebutkannya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, dan mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafie Ma’arif, memiliki kearifan untuk berbagi tugas bersama presiden memimpin Indonesia.
“Masih banyak tokoh masyarakat lain, yang mana mereka dalam perjalanannya benar-benar bersih dari keikutsertaan di politik praktis. Mereka orang-orang yang dalam kesehariannya benar-benar bersentuhan dengan masyarakat, sehingga diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran untuk penyelesaian permasalahan bangsa,” urai Devie.
Berdasarkan perhitungan cepat atas hasil Pemilihan Legislatif, tiga partai politik pemilik suara mayoritas yang berpeluang membentuk koalisi, sejauh ini hanya melirik tokoh-tokoh politik untuk dijadikan Cawapres. PDIP sebagai pemenang Pemilu misalnya, Capres Joko Widodo sejauh ini dikait-kaitkan dengan sejumlah politisi sebagai Cawapresnya, seperti Hatta Rajasa, Jusuf Kalla, hingga Muhaimin Iskandar.(fat/jpnn)