Chelsea Vs Arsenal: Tottenham Hotspur dan Lyon Ikut Berdebar-debar
jpnn.com, BAKU - London sudah sejajar dengan Madrid dalam keberhasilan menggelar final tim satu kota di panggung Eropa. Madrid bisa menciptakan Derbi Madrileno di final Liga Champions 2013–2014 dan 2015–2016, Derbi London menjadi tajuk final Liga Europa 2018–2019.
Sejak masih bernama Piala UEFA (1971) kemudian berganti jadi Liga Europa (2009), pertemuan klub senegara merupakan yang kali kesepuluh. Yang menarik, dalam edisi pertama (1972), final juga mempertemukan klub Inggris. Kala itu Tottenham Hotspur mengalahkan Wolverhampton Wanderers dengan agregat 3-2. Sebelum 1998, final memang berformat kandang dan tandang.
Spurs yang musim ini juga lolos ke final Liga Champions ternyata juga memiliki kepentingan terhadap hasil final di Olympic Baku Stadium Kamis (30/5) dini hari nanti. Bukan karena rivalitas dalam Derbi London Utara, melainkan terkait posisi Spurs di Liga Champions musim depan.
(Bacalah: Awalnya Pemain Arsenal Lebih Suka Premier League, Sekarang Berebut Main di Final Liga Europa)
Sebab, seandainya Arsenal yang juara dan Hugo Lloris dkk gagal mengalahkan Liverpool di Wanda Metropolitano pada Minggu dini hari nanti WIB (2/6), Spurs terancam berada di pot non-unggulan dalam undian fase grup Liga Champions musim depan.
Selain Spurs, Olympique Lyon berharap Arsenal gagal juara. Jika itu terjadi, tidak ada slot Liga Champions bagi The Gunners yang hanya finis kelima di Premier League. Itu juga berarti Lyon yang finis ketiga di Ligue 1 tersebut langsung masuk fase grup atau tidak perlu menjalani playoff.
Jadi, apakah Arsenal juara atau tidak? ”Kami tidak akan membuang momentum bagus ini. Sudah saatnya Arsenal mengakhiri penantian trofi Eropa selama 25 tahun,” ucap gelandang Arsenal Granit Xhaka kepada ESPN. Gelar terakhir The Gunners di Eropa adalah Piala Winners 1993–1994. Yakni, kompetisi yang sudah berhenti dua dekade lalu. (dra/c20/dns)