Daniel Price & Erlend Moster Knudsen Bersepeda dan Lari Kampanye Lingkungan dari Kutub ke Paris
Perjalanan Bandung–Jakarta Paling Menantang’’Selama ini ada gap yang terlampau lebar antara peneliti dan masyarakat. Maka dari itu, cara ini menjembatani gap tersebut,’’ tambah pria kelahiran 18 Januari 1988 itu.
Daniel lalu menceritakan pengalamannya bersepeda menuju Jakarta. April lalu dia berangkat dari Kutub Selatan dengan membawa bendera Pole to Paris. Perjalanan itu tak selamanya bersepeda atau berlari. Hanya di tempat-tempat tertentu Daniel dan Erlend menjalankan misinya dengan bersepeda atau berlari.
Dari Kutub Selatan, Daniel menumpang USS Plane menuju bandara Brisbane, Australia.
Dari Brisbane itulah, dia baru bersepeda yang, katanya, membosankan. Sebab, jalanan pantai timur Australia begitu plain, karena hanya ada jalan lurus dan dataran tandus serta ombak pantai yang begitu-begitu saja. Untuk mengatasi rasa bosan, sepanjang perjalanan, Daniel mendengarkan lagu favoritnya dan berkomunikasi dengan koleganya melalui telepon. Tapi, tetap saja hal itu tidak mampu membunuh rasa bosannya.
’’Perjalanan yang sebenarnya tidak terlalu jauh karena hanya 200 kilometer, tapi itu serasa enam tahun menempuhnya karena boring. Saya membayangkan akan abadi di jalan itu,’’ candanya.
Sesampai di Bandara Internasional Cairsn di Queensland, Daniel langsung take off ke Bandara Ngurah Rai di Bali. Pria yang juga menyukai musik rock alternatif itu melanjutkan gowesnya ke barat, yakni menuju ibu kota Jakarta. Berbeda dengan perjalanan di Australia, di jalanan Indonesia dia menemukan banyak warna.
’’Pemandangan alamnya luar biasa, makanannya enak, dan orang-orangnya ramah serta punya rasa ingin tahu yang tinggi. Dari sinilah saya bisa maksimal mengajak orang untuk go green,’’ kata Daniel.
Dia menyeberang dari Gilimanuk ke Banyuwangi, lalu bersepeda sampai di Jogjakarta. Selama di Kota Gudeg itu, Daniel mengunjungi lokasi Program Kampung Iklim (Proklim) yang digagas Kementerian Lingkungan Hidup di Dukuh Serut, Bantul. Desa Proklim tersebut mengembangkan program pembuatan es batu oleh para nelayan yang memanfaatkan energi angin.