Dari Pinisiq hingga Phinisi
"Hingga 1872, tipe ini telah tersebar ke pulau Bali. Namun sampai saat itu, perahu sejensis belum terdaftar di pelabuhan Makassar, ungkap Horst dalam Beberapa Catatan akan Sejarah Pembuatan Perahu dan Pelayaran Nusantara.
Bila benar begitu, kenapa kapal Phinisi identik dengan pelaut Bugis? Bahkan hingga kini sentra pembuatannya berada di kawasan Sulawesi?
"Kampung Ara satu di antara pusat pembuatan perahu di Sulawesi," Horst yang puluhan tahun menetap di Sulawesi punya jawaban menarik.
Di kampung itu ada tradisi lisan, "pada 1906 perajin perahu Ara dan Lemo-Lemo membangun perahu Pinisiq (ujungnya dilafalkan sic) pertama untuk seorang nakhoda Bira, kampung asal pelaut terkenal."
Nah, sekian dekade berikutnya, perahu jenis ini marak di sana. Sehingga kata pinisi mulai disamakan dengan para pelaut Bugis--maksudnya pelaut asal Sulawesi meski berbahasa Bugis, Makassar, Mandar dan Konjo.
"Secara harafiah, bagi para pelaut Sulawesi istilah pinisi hanya menandai layar dan tali temali. Yakni tujuh sampai delapan helai layar, terpasang pada dua batang tiang," tandas Horsts.
Kini, ia utuh dikenal sebagai jenis kapal; Kapal Pinisi atau Perahu Pinisi. Ejaannya pun menjadi Phinisi.
Sebab, "kalau ditulis Pinisi, orang Amerika akan menyebutnya painisi. Jadi saya tambah ph-nya (Phinisi--red) ketika mau ditawarkan ke Vancouver tahun 1985," ungkap Horst menirukan ucapan salah satu pengurus Phinisi Nusantara.