Demi si Buah Hati, Mengharukan...
Meski sadar kondisinya tidak baik, tekad yang sudah bulat membuat Tri yakin. ’’Saya sampaikan ke istri. Saya dulu yang maju (mendonorkan hati, Red). Kalau tidak bisa, baru kamu (Tari),’’ ungkapnya.
Sejak keputusan itu diambil, mau tidak mau, Tri harus melalui berbagai proses pemeriksaan yang melelahkan.
Mulai cek darah lengkap, rontgen menyeluruh, magnetic resonance imaging (MRI), computed tomography scanner (CT scan), serta pemeriksaan gigi dan THT (telinga, hidung, tenggorokan).
Tidak sampai di situ saja, Tri juga harus menjalani serangkaian tes elektrokardiogram (EKG) untuk memastikan jantungnya baik-baik saja, USG abdomen, serta liver volumetri.
Beberapa pemeriksaan itu dilakukan berulang demi memastikan Tri benar-benar siap untuk mendonorkan hatinya. Proses tersebut berjalan paralel dengan pengobatan yang dilakukan kepada Battar.
Setelah lebih dari sepuluh bulan bolak-balik RSCM, menjalani serangkaian pengobatan, serta bertahan dari serangan atresia bilier, Battar akhirnya dinyatakan siap menjalani transplantasi hati. Dan, saat yang dinanti itu pun tiba, 29 November 2015: ayah dan anak tersebut naik ke meja operasi.
Tri masih ingat betul, Minggu pagi itu dirinya didudukkan di atas kursi roda. Di sampingnya Tari juga duduk di kursi roda, menggendong Battar yang perutnya membesar dan bola mata serta tubuhnya kian menguning. Keringat dingin mengalir di dahi dan sekujur tubuhnya.
Jantung Tri berdegup kencang. Petugas RSCM lantas mendorong kursi roda yang membawa Tri menuju kamar operasi.