Di Medan Perang, Tentara AS Harus Ikut 'Puasa'
jpnn.com - WASHINGTON – Pemerintah Amerika Serikat (AS) meminta tentara yang ditempatkan di negara-negara muslim selama ramadan ini, untuk tidak makan dan minum, layaknya orang yang berpuasa.
Instruksi itu datang langsung dari Pentagon. Tentara yang melanggar akan dikenai denda hingga hukuman penjara.
Informasi tersebut disampaikan Bagian Urusan Publik Komando Pusat Angkatan Udara AS Brigjen John Quintas. Pria yang juga menjabat komandan 380th Air Expeditionary Wing di wilayah Asia Barat Daya itu menegaskan, pemerintah AS berkomitmen untuk mematuhi konsep toleransi, kebebasan, dan perbedaan. Tentara harus mengapresiasi tradisi dan sejarah dari wilayah tempat mereka ditugaskan.
’’Ingat. Kita adalah tamu dan negara tuan rumah adalah saudara perempuan dan laki-laki yang saling membantu dan merisikokan nyawa mereka untuk tujuan yang sama, yaitu memerangi terorisme,’’ ujarnya.
Layaknya orang berpuasa, para tentara yang berada di wilayah mayoritas muslim dilarang makan, minum, dan merokok sejak subuh hingga tenggelamnya sinar matahari. Jika melanggar, mereka akan didenda hingga USD 685 (Rp 9,1 juta) atau dua bulan penjara.
Mereka boleh makan dan minum di wilayah kekuasaan AS dan di dalam pangkalan. Untuk yang bertugas di luar wilayah kekuasaan pemerintah AS, yang mendapat keringanan adalah prajurit dengan pekerjaan berat. Namun, tidak dijelaskan secara spesifik pekerjaan berat apa yang dimaksud.
Kebijakan itu memicu pro dan kontra. Sebab, sebagian besar tentara AS yang berperang di Timur Tengah tidak memiliki pangkalan. Misalnya, di Iraq. Penduduk yang kontra tersebut menilai, para tentara sudah menyabung nyawa terhadap pelaku bom bunuh diri, penembak jitu, dan teroris.
Kini mereka juga harus berpikir untuk menahan lapar di tengah perang. (The Weekly Standard/American Thinker/sha/c23/ami)