Diambil dari Hutan, Agam si Yatim Piatu itu Akhirnya Mati
jpnn.com - BANDA ACEH - Nasib Agam, memang tragis. Setelah "papi-maminya" tewas diburu di Kawasan hutan Aceh Timur, ia pun harus hidup sendiri diusianya yang masih beranjak 2 tahun di tengah hutan.
Beruntung, BKSDA (Balai Konservasi Sumber daya Alam) akhirnya menemukan Agam yang tak berdaya di tengah hutan. Dan membawa anak gajah Sumatera ini ke Pusat Latihan Gajah (PLG), Saree, Aceh Besar.
Namun, pada Mei 2014 lalu, Agam mengalami musibah. Ia jatuh saat bermain di kawasan Pusat Latihan Gajah (PLG) Saree, Aceh Besar. Tulangnya retak, karena tergelincir saat bermain dengan Rosa (Bayi gajah).
Akibatnya, Agam mengalami dislokasi tulang. Apalagi, Agam juga ternyata mengalami penyakit kerapuhan tulang.
Agam pun tidak mampu berbuat apa- apa, di dalam kadangnya, ia hanya bisa meringis menahan sakit. Tim Dokter dari Thailand pun didatangkan untuk mengobati Agam.
Namun, takdir berkata lain, ia tak mampu bertahan dengan kondisi sakitnya. Minggu lalu (26/10) sekira pukul 17.30 wib, Agam yang merupakan seekor anak gajah Sumatera (Elephan maximus Sumatranus) yang masih berusia dua tahun ini menghembuskan napasnya terakhir.
Agam pergi tidak akan kembali lagi, meninggalkan sahabatnya 36 gajah dewasa dan seekor bayi gajah, yang dulunya mereka pernah bersama bermain dan mencari makan sama- sama di kawasan Pusat latihan Gajah (PLG) Saree Aceh Besar.
Sementara, Kepala BKSDA Provinsi Aceh, Genman Hasibuan, menyebutkan, pihaknya telah melakukan otopsi terhadap bangkai Agam dengan mengambil sample beberapa bagian tubuh dan kemudian diperiksa di laboratorium patologi.
“Tadi malam, jasad Agam langsung diotopsi oleh dokter hewan kami. mereka mengambil sample organ tubuh Agam seperti hati, tulang, limpa untuk diperiksa di laboratorium guna memastikan penyebab kematiannya,” ujarnya.
Menurut dugaannya sementara, Agam sakit kelamaan akibat tergelincir. Kemungkinan besar saraf-saraf di tubuh menurun, karena tidak bisa melakukan banyak gerakan.
“Selama ia sakit dia juga jadi jarang bergerak, diduga ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar ke seluruh tubuh termasuk ke jantung sehingga menyebabkan jantung tidak mampu melakukan aktifitasnya, jadi ada komplikasi sehingga menyebabkan kematian,” katanya.
Selain itu, dia juga menjelaskan, Sample organ yang diambil akan dikirimkan ke dua lokasi laboratorium patologi, yakni laboratorium patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dan laboratorium Patologi Bogor.
“Gajah Agam adalah bayi gajah yatim piatu, dan dia tak pernah mendapatkan asupan air susu ibu, biasanya gajah-gajah seperti ini akan mengalami kerapuhan tulang karena suplemen kalsium yang tidak sempurna, dan susu formula yang kita berikan tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut,” ungkapnya. (Mag-53)