Dirudal AS, 120 Militan ISIS Tewas
Gandeng Lima Negara Arab untuk Gempur Syriajpnn.com - DAMASKUS - Amerika Serikat (AS) akhirnya menggempur sarang militan Negara Islam alias Islamic State (IS), dulu dikenal sebagai ISIL atau ISIS, di Syria.
Senin malam lalu (22/9) militer Negeri Paman Sam memimpin serangan udara dan laut ke sedikitnya 14 titik di republik tepi Laut Mediterania tersebut.
Komando Pusat AS melaporkan bahwa lima negara di jazirah Arab terlibat dalam serangan perdana Washington pasca pembentukan koalisi antijihad itu. Lima negara Arab sekutu AS tersebut adalah Bahrain, Jordania, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA).
"Pesawat tempur, pesawat pengebom, pesawat yang dikendalikan dari jarak jauh, dan rudal serangan darat tomahawk terlibat," terang juru bicara Komando Pusat AS.
Negeri Paman Sam mengerahkan pesawat dari pangkalan darat dan lautnya. AS juga meluncurkan sedikitnya 47 tomahawk dari USS Arleigh Burke yang berbasis di Laut Merah dan USS Philippine Sea yang berbasis di Teluk Persia.
AS mengklaim serangan perdananya di perbatasan Iraq dan Syria itu sukses. Sarang ISIS yang berupa kompleks pelatihan militan, pusat komando, dan gudang logistik luluh lantak.
Terpisah, pesawat-pesawat tempur AS juga menyerang delapan titik di Syria. Tapi, target dalam serangan tersebut bukanlah ISIS, melainkan kelompok ekstremis Syria, Khorasan, yang kabarnya merupakan bagian dari jaringan Al Qaeda.
Militer AS mengatakan bahwa serangan terpisah itu dilancarkan untuk mematahkan skenario teror terhadap fasilitas AS dan Barat di Syria.
Jenderal Martin Dempsey, chairman Kepala Staf Gabungan AS, menyebut serangan perdana itu sebagai penanda awal kampanye antiteror internasional di Syria. Senin malam lalu lima negara Arab yang terlibat dalam aksi militer AS tersebut tidak sekadar berpartisipasi dalam serangan. Lima negara itu juga memberikan dukungan berupa armada militer dan senjata kepada AS.
"Keterlibatan negara-negara Arab itu menunjukkan bahwa pertempuran melawan ISIS bukan hanya milik AS," ujarnya kemarin (23/9). Petinggi militer yang baru saja menuntaskan lawatannya ke Eropa tersebut menyambut baik kesuksesan serangan perdana AS dan sekutu Arab-nya. Sebab, kini ISIS paham bahwa aksi teror mereka akan berbuah petaka bagi mereka sendiri.
"Kami hanya ingin membuat ISIL (nama lain sebelum ISIS, Red) tahu bahwa mereka tidak punya tempat berlindung yang aman. Kami jelas akan terus memburu mereka sampai dapat," papar Dempsey dalam perjalanan pulangnya menuju AS.
Dia menambahkan, serangan semacam itu masih sangat mungkin terjadi jika ISIS tidak menghentikan aksi terornya.
Sebelum melancarkan serangan mematikan yang konon merenggut sekitar 120 nyawa itu, AS lebih dulu memberitahukan rencananya kepada pemerintah Syria. Kemarin Kementerian Luar Negeri Syria menyatakan hal senada.
"Kepada Dubes Syria di PBB, Washington mengabarkan bahwa serangan ke sarang teroris di Raqqa akan segera mereka lancarkan," kata juru bicara kementerian.
Jubir Pentagon Laksamana Muda John Kirby mengatakan bahwa AS memang tidak berkoordinasi dengan pemerintahan Presiden Bashar Al Assad dalam serangan perdananya Senin malam lalu.
"Tidak ada perlawanan atau interaksi apa pun dengan militer atau Angkatan Udara (AU) Syria dalam serangan tersebut," ungkapnya. Tapi, oposisi, khususnya Koalisi Nasional Syria (SNC), menyambut baik serangan itu. (AP/AFP/c11/hep)