Diterjang Badai, Kapal Pengangkut 14 Turis Kandas di Perairan Mentawai
“Ini bukan kejadian sekali dua kali. Kejadian kapal pesiar yang masuk ke Mentawai tidak terdata, sudah sangat sering. Kalau ada kecelakaan, kami tidak bisa berbuat banyak tentunya,” ungkap Desti.
Keterbatasan sarana, kata Desti, juga menyulitkan untuk melakukan pemantauan terhadap kapal-kapal pesiar. Apalagi, kapal-kapal yang tidak terdaftar sebagai tamu pada pos-pos yang telah disediakan.
“Keterbatasan armada, sehingga kami belum bisa mendata wisatawan-wisatawan melalui kapal ke Mentawai. Artinya, wisatawan yang datang lewat kapal tidak terdata atau tidak dipungut retribusi,” ungkap Desti.
Menanggapi kejadian tersebut, Fernando Sabajou, selaku tokoh masyarakat di Kepulauan Mentawai menyebutkan, sudah seharusnya, pariwisata di Kepulauan Mentawai dikelola dengan baik. Tidak hanya soal kewajiban wisatawan saja, tapi juga memberikan hak terhadap wisatawan itu sendiri.
“Pengelolaan pariwisata Mentawai masih sangat lemah. Semua lini harus terlibat untuk mengemas dengan baik. Kalau regulasi tidak berjalan, segera ubah,” ungkap mantan anggota DPRD Mentawai ini.
Sementara kapten kapal Star Koat dan kepala Kamar Mesin (KKM)-nya akan kembali ke Padang dengan kapal KM Ambu Ambu untuk menyelesaikan kelengkapan administrasi kecelakaan kapal tersebut. (rf)