Dollar Naik, Pinjaman Membengkak
JAKARTA-Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Paskah Suzetta mengatakan pemerintah saat ini tengah mengitung jumlah penambahan pinjaman yang harus dibayar pada tahun 2008 dan jumlah yang pinjaman yang akan dibayar pada tahun 2009. "Pemerintah masih terus menghitung, karena tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang masih terus berlanjut," kata Paskah.
Lebih lanjut ia mengatakan pinjaman luar negeri dalam bentuk dolar AS saat ini kalau dirupiahkan jumlahnya membengkak dan hal ini tentunya akan mengubah postur APBN pada tahun 2009.
Selain itu, beban pembayaran pinjaman luar negeri yang jatuh tempo pada 2009 yang menggunakan valuta asing lainnya juga akan semakin bertambah menyusul pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang belum diketahui kapan berakhirnya. "Pembayaran pinjaman luar negeri sudah akan menumpuk pada 2009, ini 'kan semakin tinggi bila pelemahan nilai tukar rupiah tidak juga berhenti sebelum tahun depan," tegasya.
Berdasarkan data Direktorat Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, pinjaman luar negeri pemerintah yang jatuh tempo pada 2009 mencapai 6,514 miliar dolar AS. Angka ini hampir tiga kali lipat dari pinjaman luar negeri yang jatuh tempo pada 2008 yakni 2,894 miliar dolar AS.
Berdasarkan persentase, pinjaman luar negeri dalam mata uang asing terbesar berasal dari yen Jepang pada kisaran 40 persen, kemudian disusul dolar AS sekitar 28 persen, euro 17 persen, dan poundsterling 1,9 persen dan lain-lain 9,5 persen.
Hingga 31 Oktober, pembayaran pokok, bunga, dan biaya pinjaman luar negeri mencapai Rp 59,23 triliun atau 71 persen dari rencana pembayaran hingga akhir tahun ini yang dipatok sebesar Rp 83,21 triliun.
Untuk diketahui pada perdagangan Senin (24/11) rupiah berada di posisi 12.650 per dolar AS dan diperdagangkan di kisaran 12.500-12.800 per dolar AS. Posisi rupiah pagi ini melemah jika dibandingkan penutupan pekan lalu yang berada di posisi Rp 12.400 per dolar AS.(rie/JPNN)