Efek Skotlandia, Catalunya Tuntut Referendum
jpnn.com - REFERENDUM Skotlandia membakar semangat kaum pro kemerdekaan di Catalunya untuk menggulirkan tuntutan yang sama dari Spanyol. Kamis (12/9) ratusan ribu warga Catalunya berunjuk rasa di Kota Barcelona. Dengan mengenakan pakaian kuning dan merah yang mewakili warna bendera Catalunya, massa pro kemerdekaan itu mendesak pemerintah untuk menyelenggarakan referendum.
"Independencia (kemerdekaan)!" teriak para aktivis pro kemerdekaan. Sambil berbaris, massa pro kemerdekaan tersebut mengusung berbagai spanduk yang bertulisan tuntutan mereka. Massa sengaja menyesaki jalan di pusat kota. Dari udara, deretan para demonstran itu terlihat membentuk huruf V yang merupakan kependekan dari vote alias memilih.
Sebagaimana masyarakat Skotlandia yang ingin berpisah dari Inggris Raya, massa pro kemerdekaan Catalunya pun ingin bercerai dari Spanyol. Tetapi, sejauh ini, tuntutan mereka agar pemerintah mengadakan referendum selalu berakhir dengan penolakan. Pemerintah pusat di Kota Madrid tidak pernah mengizinkan penduduk Catalunya melakukan pemungutan suara untuk menentukan masa depan mereka sendiri.
"Sekaranglah saatnya," tulis para pendukung kemerdekaan Catalunya itu dalam spanduk mereka. Kepolisian Barcelona menyatakan, aksi massa pro kemerdekaan tersebut berakhir pada Kamis malam. Mereka menambahkan, unjuk rasa pro kemerdekaan itu diikuti sekitar 1,8 juta orang. Untungnya, tidak ada konflik atau ketegangan antara demonstran dan aparat.
Luis Enric Florenca, ekonom sekaligus pensiunan direktur salah satu rumah sakit di Barcelona, berharap referendum Skotlandia berhasil mengantarkan negeri itu pada kemerdekaan. Sebab, dengan demikian, harapan Catalunya untuk menjadi negara merdeka bisa terwujud. "Jika yes menang di Skotlandia, kita tinggal satu langkah lagi menuju kemerdekaan," ungkapnya.
Artus Mas, pemimpin regional Catalunya, menyatakan tidak akan mundur satu langkah pun dalam memperjuangkan hak rakyat. Khususnya, untuk menikmati kemerdekaan di Catalunya. Massa pro kemerdekaan mengusulkan agar pemerintah mengadakan referendum pada 9 November mendatang. "Ini (akan) menjadi pesan yang sangat kuat bagi rakyat Eropa dan seluruh dunia," kata Mas.
Tidak seperti Skotlandia yang akan berpisah dari Inggris Raya jika sebagian besar rakyatnya memilih yes, pemungutan suara di Catalunya itu hanya akan membuka jalan bagi rakyat untuk bernegosiasi dengan pemerintah. "Jika referendum berakhir dengan hasil yes yang lebih banyak, saya akan mempunyai kesempatan untuk membicarakan kemerdekaan Calatunya dari Spanyol," paparnya.
Sementara itu, gelora untuk merdeka juga bertiup dari Ukraina. Tepatnya, dua kota yang jatuh ke tangan pemberontak. Yakni, Kota Donetsk dan Kota Luhansk. Selama ini, dua kota tersebut menjadi sarang kelompok separatis pro-Rusia yang memilih bergabung dengan Kremlin. Sebelumnya, Crimea juga melakukan hal yang sama. "Jika Skotlandia lepas dari Inggris Raya, Crimea pasti juga meminta bebas dan diakui sebagai negara," terang aktivis pro-Rusia. (AP/AFP/hep/c23/ami)