Eks Gafatar: Buat Apa Diungkit, Membuka Luka Lama Saja
jpnn.com - SATU keluarga yang terdiri dari tujuh orang warga Pekanbaru, Riau, yang sempat bergabung bersama organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) untuk sementara tinggal di penginapan milik pemerintah Provinsi Riau di Slipi, Jakarta Barat.
M Fathra NI -JPNN Jakarta
IN -inisial- selaku kepala keluarganya langsung bangun. Ia sedang berbaring di kamarnya ketika dikunjungi pada satu ruang penginapan yang disediakan oleh Badan Penghubung Riau di Jakarta, Jumat (29/1).
Selain IN, ada istri dan lima orang anaknya yang masih kanak-kanak. Sebelum ditempatkan di penginapan itu, IN dan keluarganya dibawa dipulangkan pemerintah dari Kalimantan Barat ke Jakarta, selanjutnya dipulangkan ke kampung masing-masing.
"Kami di sini sejak hari Rabu (27/1)," ujar IN, yang terlihat lusuh dan sedikit kurus. "Kami di sini diurus Dinsos, tidak mungkin lah pemerintah menyia-siakan kami," imbuh laki-laki yang diperkirakan usia 40-an itu.
Sebelumnya diperoleh informasi bahwa di sana terdapat 13 orang warga Pekanbaru eks Gafatar. Namun menurut penjaga penginapan, hanya satu keluarga itu yang dititipkan di di tempat itu oleh Dinsos Riau. Petugas Dinsos sendiri sudah lebih dulu kembali ke Pekanbaru pada Jumat pagi.
IN sendiri saat ditemui enggan diajak duduk di kursi tamu penginapan untuk sekedar berbincang-bincang. Alasannya mengantuk. "Ya sudah ya, saya ngantuk," ucapnya meminta perbincangan diakhiri.
Saat ditanya seputar Gafatar, mengapa ia dan keluarganya bisa sampai berangkat ke Kalimantan Barat, IN enggan mengungkitnya. Apalagi, Gafatar sendiri sepengetahuannya sudah membubarkan diri.
"Itu kan masa lalu, dia (Gafatar) sendiri sudah membubarkan diri, untuk apa diungkit. Saya nggak mau ungkap masa lalu, buat apa. Membuka luka lama saja," kilahnya.
Yang jelas, IN mengaku ingin kembali pada kehidupan normal di tengah masyarakat. Mengenai keputusan apapun yang akan diambil pemerintah untuk dirinya dan keluarga, IN menyerahkan sepenuhnya pada pemerintah.
Termasuk, ketika ditanya harapannya pada pemerintah. Apakah meminta disediakan lahan untuk berusaha atau dikembalikan ke kampung halaman, IN akan menerima saja.
"Kami serahkan pada pemerintah, kalau dikasih atau ditaruh di mana, syukur. Sebelumnya saya di Pekanbaru juga mengontrak, kan perantau," tambah IN, yang enggan menyebut di mana kampung kelahirannya.
IN berharap, ke depan pemerintah bisa memberikan keputusan yang terbaik buat dirinya dan keluarga. Ia juga tidak mau identitasnya diketahui publik, karena khawatir begitu dikembalikan ke masyarakat atau diketahui keluarga dan sahabatnya, mereka enggan menerimanya kembali.
"Itu saja yang saya jaga. Takut nggak diterima nanti heboh lagi, pemerintah lagi yang repot," pungkasnya, menutup pembicaraan.
Informasi dari penjaga mes, di sana, IN tidak dijaga ketat. Ia bebas mengajak anak-anaknya berjalan-jalan di halaman penginapan sekedar menghilangkan suntuk.***