Empat Semester untuk Ajaran Bung Karno
Oleh Dahlan IskanSistem penggantian pemimpin nasional juga belum disiapkan. MPR hanya stempel. Demikian juga DPR.
Bung Karno sepenuhnya mengendalikan DPR dan MPR. Apalagi saat itu. DPR belum dipisah dari MPR. Masih ditulis begini: DPR/MPR. Ketuanya pun sama.
Tapi Bung Karno ternyata belum pemimpin besar seperti di Korut. Atau Tiongkok. Bung Karno tidak mau mematikan demokrasi sepenuhnya. Tahun 1955 diadakan pemilu. Terluber dalam sejarah. Luber: langsung, umum, bebas, rahasia.
Semua TV no signal. Karena belum ada TV.
Pemilu pertama kita itu melahirkan kenyataan ini: pemenangnya PNI (Partai Nasional Indonesia). Partainya Bung Karno. Urutan berikutnya: Masyumi (Islam modernis), NU (Islam tradisional) dan PKI (komunis).
Partai-partai lainnya kecil-kecil. Pun kalau 30-an partai kecil itu disatukan. Belum besar juga.
Apalagi partai-partai itu tidak mungkin disatukan. Pokoknya ruwet.
Dalam perjalanannya Masyumi dibubarkan oleh Bung Karno. Bersama PSI. Kekuatan politik besar tinggal tiga: nasionalis (PNI), Islam (NU) dan PKI (komunis).