Erdogan Jorjoran Menyokong Musuh Assad, Apa Kepentingan Turki di Suriah?
Koalisi oposisi ingin bergerak menggulingkan Assad, tapi sadar tak bisa melakukannya tanpa sepengetahuan kekuatan-kekuatan lebih besar, khususnya Turki.
Laporan investigatif Reuters setelah kejatuhan Assad pada 9 Desember, membeberkan semua hal itu.
Turki adalah penyokong utama gerakan perlawanan Assad, yang sudah terjadi sejak perang saudara Suriah meletus pertama kali pada 2011.
Ketika ISIS ambruk yang disusul serangan milisi Kurdi-Suriah dukungan AS di daerah-daerah Suriah yang dekat dengan perbatasan Turki, negara yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan itu memutuskan masuk wilayah Suriah pada Agustus 2016. Sampai sekarang Turki mempertahankan kehadiran militernya di Suriah.
Turki juga penyokong utama Tentara Nasional Suriah (SNA), yang bersama Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang merupakan milisi Kurdi, adalah kelompok-kelompok perlawanan terkuat di Suriah.
HTS sebelumnya bernama Front Nusra, yang pernah memiliki kaitan dengan Alqaeda. Tapi beberapa tahun terakhir HTS berusaha memupus citra itu. Meski begitu, Barat, masih melihat HTS sebagai organisasi teror.
Sebaliknya Turki terlihat berusaha mengesampingkan cacat HTS, paling tidak untuk sementara, apalagi kelompok pimpinan Abu Mohammad al Julani ini efektif mengelola pemerintahan di daerah-daerah kekuasaannya, khususnya Provinsi Idlib, dan merupakan milisi yang sangat terlatih.
Menurut sejumlah diplomat di kawasan itu kepada Reuters, koalisi oposisi pimpinan HTS mengontak Turki, untuk memastikan tidak ikut campur menurunkan pasukan ketika koalisi HTS bergerak guna menduduki Damaskus.