Farah Puteri DPR: Perdebatan di Medsos Lebih Bersifat Emosional Ketimbang Substansi
jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Farah Puteri Nahlia menyoroti perdebatan di media sosial yang dinilainya lebih banyak debat yang bersifat emosional ketimbang substansi.
Farah menyampaikan hal itu untuk menanggapi perdebatan di media sosial (medsos) terkait pernyataan komika Bintang Emon.
Diketahui, Bintang Emon mengkritik tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) kepada terdakwa kasus penyiraman air keras terhadap Penyidik KPK Novel Baswedan.
Farah tidak ingin mengomentari fakta persidangan kasus tersebut. Dia hanya ingin mendudukkan masalahnya secara proporsional.
“Yang pertama perlu kita perlu dudukkan dulu masalahnya. Di satu sisi hak yang bersangkutan (Bintang Emon) sebagai warga negara mengkritisi apa yang terjadi di persidangan. Di sisi yang lain ada warga negara lain yang mungkin membela persidangan. Yang saya sayangkan adalah fakta bahwa hari ini di medsos lebih banyak debat emosi, bukannya debat substansi,” kata Farah dalam keterangan tertulis, Rabu (16/6/2020).
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengatakan dari debat emosi tersebut, kemudian menjadi hiruk-pikuk, gaduh dan parahnya menjadi saling bully, saling tikam sampai ke ranah pribadi. Bahkan sampai ke urusan penegakan hukum, yaitu saling lapor. Hal tersebut sangat dia sayangkan.
“Bintang Emon menyatakan pendapat, sebut saja begitu ya, dalam perspektifnya. Karena dia adalah komika, kemudian secara casual mengartikulasikan fakta persidangan. Di sisi lain ada juga pihak yang merasa terganggu dengan pernyataan Bintang. Twitter dan Facebook bahkan Instagram pasti akan mencari keseimbangan,” kata politikus milenial dari daerah pemilihan Jawa Barat ini.
Farah mengimbau pengguna medsos untuk saling mengerti dengan hak–hak orang lain.
"Sekali nyemplung, jangan baperan. Hindari main perasaan, dan asyik-asyik saja. Dan paling idealnya, ketika menyentuh hal-hal atau isu yang sensitif dan mencuri perhatian publik harus hati-hati dan ahli," tuturnya.
Dia mengajak pengguna media sosial lebih hati-hati dalam menyikapi setiap permasalahan dan ahli karena menyangkut substansi.
“Jangan jadi emosi sehingga tak bisa membatasi. Ingat, ada undang-undang dan aturan hukum yang membatasi. Jangan sampai memicu muncul fitnah atau ujaran kebencian. Kembalikan media sosial sebagai sarana pendidikan dan hiburan,” katanya.
Farah terus mengimbau para pengguna medsos untuk mengembalikan fungsi medsos. Karena hingga hari ini tidak ada yang bisa mengontrol dampak penggunaan medsos.
“Akses warga negara di kota-kota besarterkait informasi dan interaksi via medsos sangat mudah dan murah. Semua boleh mengabarkan, semua boleh berbicara, semua boleh bergunjing dan bergosip,” tuturnya.(fri/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru: