Film Indonesia Makin Digemari Anak Muda di Australia
Film dengan menangkat budaya dan kehidupan Indonesia inilah yang membedakan dengan film-film produksi negara lain. Tim Flicker, mahasiswa dari RMIT University di Melbourne berpendapat bahwa saat film Indonesia menunjukkan kekuatannya, justru saat banyak bercerita tentang Indonesia.
"Industri film di Indonesia, sama seperti halnya di Australia, memiliki keterbatasan dana. Karenanya sangat baik jika industri film kita lebih menonjolkan apa yang sudah dimiliki oleh negara kita, dibanding meniru apa yang diproduksi Hollywood," ujar Tim kepada Erwin Renaldi dari ABC International.
Perkembangan film Indonesia tidak hanya dinikmati oleh pemuda asal Australia saja, tetapi juga bagi warga Indonesia yang sedang belajar, bekerja, atau menetap di Melbourne.
Sherly Chandra Gunawan, asal Jakarta yang sudah 14 tahun menetap di Australia mengaku kalau sekarang ia bisa belajar lebih banyak Indonesia lewat film.
"Kadang kita yang orang Indonesia pun tidak tahu seperti apa kehidupan di Indonesia, apalagi bagi kita yang tinggal di luar Indonesia," ujar Sherly yang bekerja di industri marketing.
"Film dulu dengan sekarang pun sudah berbeda [temanya]. Sekarang film-film lebih mengangkat realita kehidupan daripada mimpi kehidupan," tambah Sherly.
Baginya film Kapan Kawin, yang juga diputar di FFI, menjadi bukti bahwa banyak wanita-wanita di atas 30 tahun di Indonesia yang kerap ditanya soal kapan menikah.
Suasana sebelum pemutaran film Tabula Rasa. Foto: ABC International.FFI tahun 2015 ini menangkat tema "Wajah Lain Indonesia". Karenanya, film-film yang diputar pun memiliki cerita yang menonjolkan keberagaman budaya dan kehidupan di Indonesia.