Flu Singapura Mewabah di Tuban, Enam Balita Terjangkit
jpnn.com - TUBAN - Dinas Kesehatan (Dinkes) Tuban akhirnya menyimpulkan bahwa wabah flu yang menyerang enam balita di Desa Jadi, Kecamatan Semanding, adalah flu Singapura. Ini kali pertama penyakit karena virus RNA tersebut masuk ke wilayah Tuban.
Kepala Dinkes Tuban Saiful Hadi menyatakan, tim yang diturunkan ke Desa Jadi sudah memeriksa tanda pada tubuh pasien. Hasilnya, ada indikasi yang mengarah pada penyakit flu Singapura. Selain mengidentifikasi penyakit itu, dinkes merunut asal masuknya wabah tersebut ke Tuban.
Berdasar hasil penelusuran, diketahui bahwa flu Singapura tersebut masuk ke Tuban dengan dibawa anak Romlah, seorang ibu rumah tangga yang selama ini berdomisili di Surabaya. “Awalnya anak Romlah yang terkena. Setelah itu, menular ke balita lain,” tuturnya kemarin (3/4).
Dokter lulusan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tersebut menuturkan, penyakit itu menular, baik melalui kontak langsung dengan yang bersangkutan maupun bahan yang dikeluarkan dari tubuh. Penyakit yang dikenal sebagai hand, foot, and mouth disease (HFMD) tersebut awalnya mewabah di Desa Jadi, Kecamatan Semanding. Dalam sepekan terakhir, enam balita di Dusun Kragan, desa setempat, menderita penyakit itu.
Romlah, 37, seorang warga setempat, mengungkapkan bahwa anaknya, Alia Novita Anggraeni Uswatun Hasanah, 15 bulan, terserang penyakit tersebut sejak Selasa (25/3). Penyakit itu diawali demam tinggi selama dua hari. Selanjutnya, keluar bintik-bintik merah pada kaki, tangan, dan mulut penderita.
Menurut dia, bintik merah di mulut itu membuat putrinya tidak doyan makan. Romlah baru mengetahui penyakit tersebut bernama flu Singapura setelah memeriksakan anak bungsunya itu ke bidan Lilis di Desa Boto, Kecamatan Semanding. Romlah menjelaskan, saat Alia belum sembuh, seorang balita lain yang merupakan anak Sulistyowati, tetangganya, menderita penyakit yang sama, termasuk empat anak lain.
Aktivis Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Tuban Siti Istianah membenarkan adanya wabah flu Singapura tersebut. Dia mengetahui hal itu pada Jumat (28/3). Tepatnya, saat mengadakan dialog publik di salah satu rumah warga yang dihadiri puluhan ibu rumah tangga. Kala itu sejumlah ibu datang dengan menggendong anaknya yang sakit kulit dan panas di bagian mulut. (ds/JPNN)