Generasi Milenial Makin Sulit Punya Rumah Tapak
jpnn.com, JAKARTA - Karakteristik masyarakat Indonesia lebih suka dengan rumah tapak atau landed house. Padahal, pemerintah sedang gencar mengampanyekan pembangunan hunian vertikal untuk mengatasi mahalnya harga tanah dan keterbatasan lahan.
Sertifikat apartemen yang hanya berstatus hak guna bangunan (HGB) membuat konsumen lebih suka dengan landed house. Apalagi masyarakat menganggap landed house memiliki lahan untuk keturunan mereka bebas beraktivitas lebih luwes ketimbang tinggal di apartemen.
Menurut pakar perencana keuangan dari Universitas Indonesia (UI) Zaafri Husodo, generasi milenial saat ini harus menghadapi keterbatasan lahan dan tingginya harga properti. Di sisi lain, perlu mengubah pola pikir atau mindset bahwa rumah vertikal paling relevan dengan kondisi zaman saat ini.
“Yang unik di Indonesia itu dibandingkan negara-negara lain, masyarakatnya lebih suka punya tanah dibanding apartemen atau rumah susun. Padahal generasi milenial hampir tak mungkin punya tanah seperti orang tua mereka,” katanya seperti diberitakan JawaPos.com, Senin (14/8).
Harga tanah saat ini, kata Zaafri, sudah 4-5 kali lipat dari harga apartemen. Kalaupun generasi milenial tetap ingin memiliki properti landed house dengan budget yang terjangkau, Zaafri menyodorkan saran agar membelinya secara patungan.
“Memang perlu pemahaman atas rencana keuangan. Jika mampu bayar Rp 2 juta sebulan untuk kontrak, mereka (generasi milenial) hanya bisa melihat jangka pendek,” ulasnya.
Zaafri pun memiliki tiga nasihat bagi generasi milenial yang ingin berinvestasi properti. Yang pertama jangan rendah hati dan tetap optimis, sebab masalah itu juga dihadapi masyarakat global.
“Saran terbaik, mulailah investasi di usia semuda mungkin. Jika masih kesulitan, jajaki kolaborasi properti dengan teman-teman, dan ubah gaya hidup,” tandasnya.(ika/JPC)