Gigi Berlubang Ternyata Kurangi Resiko Kanker
jpnn.com - GIGI berlubang merupakan tanda-tanda awal kerusakan gigi yang bisa memicu gigi lepas hingga infeksi. Maka menjaga kesehatan dengan rajin menggosok gigi menjadi penting. Namun, ada ahli yang berpendapat bahwa gigi berlubang justru bermanfaat.
Sebuah penelitian yang dipimpin oleh Dr Mine Tezal dari University of Buffalo, New York menyatakan bahwa orang dewasa yang punya banyak gigi berlubang justru akan terhindar dari kanker mulut maupun tenggorokan. Alasannya karena asam laktat yang dihasilkan bakteri di dalam rongga dapat mencegah perkembangan sel-sel kanker.
Penelitian itu menyimpulkan orang dengan banyak gigi berlubang lebih kecil kemungkinannya terserang kanker mulut ataupun tenggorokan hingga 32 persen dibandingkan orang memiliki gigi sehat. Tentu saja temuan ini mengejutkan karena bertentangan dengan keyakinan umum.
"Ini adalah temuan yang tak terduga karena gigi berlubang sudah dianggap sebagai tanda kesehatan mulut yang buruk yang diikuti dengan penyakit. Kami sebelumnya telah mengamati peningkatan risiko kanker kepala dan leher pada subyek," kata dr Tezal, seperti dilansir laman Daily Mail, Selasa (24/9).
Sebelum sampai pada kesimpulan ini, dr Tezal mengamati 399 orang pasien kanker kepala dan leher, lalu membandingkannya dengan 221 orang yang tidak menderita kanker. Ternyata peserta yang memiliki gigi berlubang justru paling kecil kemungkinannya mengidap kanker.
Menurut Dr Tezal, gigi berlubang merupakan hasil pengolahan asam laktat yang dihasilkan bakteri di dalam mulut. Bakteri ini mirip dengan bakteri yang ada di dalam yoghurt, yang juga diyakini dapat mengurangi penyakit inflamasi, alergi, dan beberapa jenis kanker lainnya.
"Kami melihat mekanisme yang dapat melindungi dari kanker mulut, dan mungkin merupakan strategi yang potensial sebagai bagian dari pencegahan atau pengobatan kanker rongga mulut," kata Dr Dennis Kraus di Lenox Hill Hospital, di New York City.
Meskipun demikian, tak semua pakar sepakat dengan temuan ini. Para ahli lain seperti Dr Joel Epstein dari American Board of Oral Medicine mengatakan bahwa penelitian ini cacat karena hanya melibatkan sekelompok kecil peserta dan hanya mengamati lubang pada gigi, tanpa melakukan pemeriksaan lebih dalam. (fny/jpnn)