Gunung Agung Erupsi, Kok Malah Berendam di Banjir Lahar
jpnn.com, BALI - Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, ada 22 desa masuk zona berbahaya radius 8-10 kilometer dari Gunung Agung, Bali.
Para penduduk di desa-desa tersebut harus mengungsi sebagai konsekuensi meningkatnya status gunung menjadi awas sejak Senin (27/11) kemarin.
"Penduduk di 22 desa tersebut diperkirakan 90 ribu hingga 100 ribu jiwa. Mereka harus mengungsi karena tinggal di kawasan rawan bencana yang ancamannya bahaya dari awan panas, aliran lava, guguran batu, lontaran batu pijar, dan hujan abu lebat. Sangat berbahaya dan mematikan," ujar Sutopo di Jakarta, Rabu (29/11).
Dari jumlah tersebut, data dihimpun memperlihatkan hingga pukul 18.00 Wita baru 43.358 jiwa yang mengungsi. Tersebar di 229 titik pengungsian. Masing-masing di Kabupaten Buleleng (5.992 jiwa), Klungkung (7.790 jiwa), Karangasem (22.738 jiwa), Bangli (864 jiwa), Tabanan ( 657 jiwa), Kota Denpasar ( 1.488 jiwa), Gianyar (2.968 jiwa), Badung (549 jiwa) dan Jembrana (312 jiwa).
Menurut Sutopo, sebagian masyarakat belum mau mengungsi disebabkan beberapa alasan. Antara lain, masih terbatasnya pemahaman masyarakat akan ancaman erupsi. Warga yang tinggal di zona bencana merasa masih aman.
"Sebagian masyarakat menganggap erupsi Gunung Agung adalah peristiwa spiritual sehingga memasrahkan diri sepenuhnya pada kekuasaan Tuhan," katanya.
Sebagian lainnya ada juga yang beralasan menjaga ternak, lahan pertanian dan rumah. "Sebagian ada juga yang cenderung menantang dirinya, misal dengan melakukan swafoto di tempat-tempat yang berbahaya. Di media sosial sudah ada beberapa anak muda yang naik ke dekat puncak gunung dan berendam di banjir lahar hujan. Jelas ini sangat berbahaya," pungkas Sutopo. (gir/jpnn)