Gus Sholah di Mata Mantan Ketum Muhammadiyah
jpnn.com, JAKARTA - Kepergian KH. Solahuddin Wahid (Gus Sholah), ke hadirat Sang Pencipta adalah kehilangan besar bagi umat dan bangsa.
"Kepergiannya justru terjadi pada saat umat memerlukannya," ungkap Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI), Din Syamsuddin, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Selasa (3/1).
Gus Sholah, lanjut Din, adalah seorang kiai, pemimpin Pondok Pesantren Tebuireng. Selain itu, Gus Sholah merupakan seorang negarawan, figur nan penuh dengan kearifan dan kebijaksanaan, serta cenderung mempersatukan.
"Gus Sholah memiliki itu semua. Beberapa kali beliau mengajak untuk mempertemukan para tokoh Islam guna menyatukan pikiran terhadap masalah-masalah kebangsaan, dan menghadapi gejala pemecahbelahan umat oleh umat sendiri," sambung mantan Ketum Muhammadiyah itu.
"Saya dengar langsung kala mampir di Jombang maupun dalam berbagai kesempatan, begitu besar keprihatinan Almarhum terhadap keterpecahan umat dan rendahnya qiyadah merekatkan ukhuwah Islamiyah baik antar organisasi maupun dalam satu organisasi."
Menurut Din, almarhum Gus Sholah pernah mengatakan bahwa umat banyak yang terjebak pada hubbud dunya (pragmatisme dan materialisme).
"Beberapa kali almarhum mengajak untuk adanya pertemuan para tokoh, namun belum menjadi kenyataan hingga beliau dipanggil pulang ke hadirat Ilahi. Semoga niat baik itu ada yang meneruskannya dan arwah almarhum dari balik barzakh ikut berbahagia menyaksikannya," pungkas Din dalam harapannya. (mg8/jpnn)