Hadapi Sendiri Protes Amerika
jpnn.com - LULUSAN Sekolah Tehnik Menengah sekarang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Kota Padang ini harus menghadapi sendiri protes pengembang listrik asal Amerika Serikat yang mempertanyakan temuannya berupa "Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut - Sistem Bandulan (PLTGL-SB).
Pengembang listrik asal Amerika Serikat itu mengklaim temuan PLTGL-SB yang sudah dipatenkan Zamrisyaf sebagai tiruan karena di Amerika Serikat sudah lebih dahulu ada.
Protes tersebut tidak membuat peraih Kalpataru tahun 1983 ini mundur dari cita-citanya yang ingin mewujudkan mimpinya "Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut - Sistem Bandulan".
Pengembang listrik asal Amerika Serikat itu protes melalui YouTube, karena PLTGL-SB itu dirilis ke YouTube. Tapi setelah diterangkan bahwa Hak Patennya sudah ada semenjak 27 Desember 2002, mereka diam dan bisa menerima karena hak paten yang mereka miliki ternyata terbit tahun 2006. Artinya, hak paten PLTGL-SB lebih dahulu dari mereka.
Berikut kutipan wawancara reporter JPNN, Zulfasli dengan Zamrisyaf awal pekan ini di lokasi penelitan dan uji coba "Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut - Sistem Bandulan" di Pantai Muaro Penjalinan Kota Padang, Sumatera Barat.
Secara sederhana, apa sebetulnya abstraksi dari PLTGL-SB ini?
Seluruh peralatan penggerak, mulai dari bandul sampai dengan dinamo, dipasang dan ditempatkan di dalam ponton. Ponton yang ditempatkan di atas permukaan air laut akan bergerak terombag-ambing akibat pengaruh fluktuasi gelombang laut, sehingga bandul yang berada di dalam proton bergerak (berputar). Melalui transmisi putaran dan double-freewheel (type vertikal), gerakan bandul langsung memutar dinamo yang seterusnya menghasilkan energi listrik.
Bukannya sudah banyak teknologi listrik gelombang laut ditemukan, keunggulan PLTGL-SB di mana?
Dibandingkan dengan teknologi listrik laut yang lain, teknologi PLTGL-SB lebih efisien karena tidak satu pun peralatan utama terkena air laut, kecuali ponton.
Dari segi kelayakan untuk dikembangkan bagaimana?
Indonesia memiliki 17.508 pulau dan panjang garis pantai lebih dari 81.290 kilometer. Artinya, Indonesia memiliki potensi energi gelombang laut yang sangat besar. Jika diasumsikan 10 persen dari seluruh potensi tersebut layak dimanfaatkan untuk energi pembangkit listrik, maka didapat daya listrik sebesar 61 Giga watt (GW). Ini mestinya diwujudkan karena ada spirit untuk menjadikan Indonesia 100 persen terlistriki pada tahun 2020. Indonesia butuh pertumbuhan pembangkit listrik dengan beragam sumber energi primer. Untuk itu perlu optimalisasi seluruh potensi yang ada.
Faktor lain yang mengharuskan bangsa ini mendukung pengembangan energi gelombang laut sebagai pembangkit listrik adalah pengurangan produksi minyak mentah domestik secara drastis, tuntutan lingkungan terhadap emisi gas rumah kaca dari pembangkit listrik dan kondisi geografis Indonesia.
Apa yang menginspirasi Anda sehingga merintis PLTGL-SB?
Pertengahan tahun 1990, dalam suatu perjalanan ke Kepulauan Mentawai untuk mencari lokasi yang bisa dibangun untuk pembangit Listrik Mikro Hidro. Dari beberapa lokasi yang diusulkan tak satupun yang layak untuk dibangun Listrik Mikro Hidro. Tapi dalam perjalanan saya kembali ke Padang, kapal yang saya tumpangi terombang-ambing dipermainkan gelombang. Maka terpikir oleh saya kapal yang besar saja terombag-ambing dipermainkan air gelombang laut. Berarti energi gelombang laut ini sangat besar sekali. Sejak itu mulai jadi pemikiran bagaimana untuk memindahkan energi gelombang laut untuk dirubah menjadi energi mekanik (listrik).
Selain itu, pada awal 2000, dalam suatu perjalanan laut, mata saya tertuju kepada lonceng kapal dan saya lihat lonceng kapal bergoyang-goyang mengikuti gerakan kapal yang teromabng-ambing oleh gerakan gelombang laut dan sesekali lonceng kapal berbunyi dikarenakan kapal yang terombang-ambing tersebut. Akhirnya apa yang menjadi pemikiran saya selama ini bagaimana bentuk teknologinya untuk memindahkan energi gelombang laut menjadi energi mekanik terjawab sudah dengan lonceng kapal. Maka teknologi tersebut saya namakan "Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut - Sisten Bandulan (PLTGL-SB).
Itu baru sampai sebatas rumusan ide. Bagaimana Anda memulainya?
Dengan ide tersebut saya mulai "menjualnya" dengan harapan ada yang bersedia menjadi sponsor untuk membiayai supaya ide ini bisa menjadi kenyataan. Tapi..., yach..., tapi....
Maksudnya Anda gagal "menjual" ide ini?
Tidak gagal, tapi selama dua tahun saya kumpul uang sendiri dan mulai mencicil peralatan yang sangat sederhana yang dibutuhkan serta langsung melakukan ujicoba di Pantai Ulak Karang, Kota Padang. Hasil Ujicoba, belum memuaskan. Ujicoba terus berlanjut sampai ke tahun 2003 dengan mengambil lokasi di Pantai Muaro Penjalinan Kota Padang, dan sejumlah teman-teman mulai membantu finansial. Hasil ujicoba memuaskan dengan fluktuasi gelombang laut bandul sudah bisa bereaksi sehingga sudah bisa memutar roda gila.
Hari ini, bagaimana hasilnya?
Dari puluhan uji coba dan penyempurnaan, posisi di tahun 2015 karena hanya dibantu oleh teman-teman, dengan menggunakan generator permanent Magnet telah menghasilkan daya listrik 5.000 watt.
Hanya teman-teman Anda yang bantu?
Kurang-lebih faktanya memang seperti itu. Padahal penelitian serupa dengan waktu memulainya kurang lebih sama dengan saya memulai ini, juga terjadi di Skotlandia. Tapi di sana, negara selalu ikut mendukung setiap ujicoba energi baru dan terbarukan, sehingga listrik dengan energi gelombang lautnya sudah bisa digunakan masyarakat pesisir setempat.
Kalau teman-teman Anda tidak lagi membantu, bagaimana?
Itu soal lain lagi, tapi prinsipnya seorang inovator tidak boleh terhenti karena alasan uang. Itu keyakinan saya dari dulu dalam membangun Kincir Listrik tepat Guna sehingga berbuah Kalpataru di tahun 1983. Memasuki tahun 2016 ini, saya pastikan proses PLTGL-SB masuk ke tahap Skala Permodelan menuju ke tahap skala industri atau komersialisasi.
Ketua DPD RI Irman Gusman dan Dirut PT Semen Padang bertemu Anda. Apa yang dibicarakan?
Oh iya, Pak Irman Gusman mempertemukan saya dengan Dirut PT Semen Padang Pak Benny Wendri. Intinya minta PT Semen Padang membantu proyek ini mencarikan skala permodelan untuk industri dan komersil. Pak Benny menyatakan kesediaannya bahkan kalau skalanya ideal, Semen Padang akan beli semua produksi listrik ini dengan harga komersil.***